Laman

Kamis, 28 Mei 2015

psikologi Humanis

BAB 1 PENDAHULUAN TUJUAN Tujuan pembuatan makalah ini adalah : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang aliran humanistik dalam psikologi pendidikan. 2. Memahami tugas dalam mata pelajaran Aliran Psikologi dan Terapannya Dalam Pendidikan. LATAR BELAKANG Sejarah Psikologi Sejarah Psikologi bahkan ilmu pengetahuan yang kita kenal kebanyakan berpusat dari perkembangan awal sejarah eropa dari masa yunani, romawi hingga akhir abad 19 yang kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia Pendekatan dan orientasi ilmu dalam dunia psikologi bermula dari filsafat masa Yunani, yaitu masa transisi dari pola pikir animisime ke natural science, yaitu pengetahuan bersumber dari alam. Pada masa ini perilaku manusia berusaha diterangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip yang dianalogikan dengan gejala alam. Sepanjang masa kekaisaran romawi, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas, hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia itu sendiri. Pengertian Psikologi Psikologi mempunyai arti. 1. Ilmu Jiwa, tingkah laku, perilaku. 2. Ilmu tentang kehidupan mental (The science of mental life). 3. Tingkah laku manusia, apa, mengapa dan bagaimana yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan, faktor-faktor apa yang mendorong manusia, memikirkan, merasakan dan melakukan sesuatu. Aliran dalam psikologi 1. Aliran Strukturalisme Tokohnya Wilhelm Wundt. Untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang. Wilhelm Wundt berpendapat bahwa untuk mempelajari gejala kejiwaan kita harus mempelajari isi dan struktur dari jiwa seseorang, Objek utama dalam psikologi adalah kesadaran. Pengalaman -pengalaman kesadaran di bagi atas 2 bagian yaitu pengindraan dan perasaan 2. Aliran Fungsionalisme Tokohnya William james (1842-1910). Mempelajari fungsi / tujuan akhir aktivitas, semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu, apakah gunanya aktivitas itu. Jiwa seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk menyesuaikan diri- Lebih menekankan apa tujuan atau akhir dari suatu aktivitas. Penekanan pada fungsi mental bukan hanya penjabaran elemen-elemen mental (fisiologis). 3. Aliran Gestalt Tokohnya max Werthwimer (1880-1943). Bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt (keseluruhan) dan tisap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan. 4. Aliran Psikoanalisa Tokohnya Sigmund Freud (1856-1939). Kehidupan manusia di kuasai oleh alam ketidak sadaran, mengunakan metode gunung es. 5. Aliran Behaviorisme Tokohnya John Broadus Watson (1878-1958) Mempelajari tingkah laku, tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat di ukur secara obyektif. Ilmu tentang tingkah laku, rangsang, kebiasaan, belajar. Tingkah laku Tertutup: Tingkah laku, kontraksi otot-otot sekresu kelenjar (gerakan-gerakan yang lemah), berpikir (tidak bergerak-gerak secara halus sekali selama kita berfikir). 6. Aliran Humanisme Tokohnya Carl Roger dan Abraham Maslow. Mengukur Keunikan pengalaman manusia. Dasar pemikiran, manusia itu bebas, rasional dengan perkembangan pribadi, dan sangat berbeda dengan binatang. PENJELASAN TENTANG PSIKOLOGI HUMANISTIK. Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial, dan konselor, bukan merupakan penelitian dalam proses belajar. Gerakan ini berkembang, dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistis, eksestransial, perceptual atau fenomenolkal. Psikologi ini berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (obsever). Aliran ini muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the third force (the first force is behaviorism, the second force is psychoanalysis). Aliran humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya. Aliran humanistic berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak dari pada buruknya. Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang otoritas atas kehidupannya sendiri. Asumsi ini menunjukan bahwa manusia makhluk yang sadar dan mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hampir segalanya. Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dari dalam diri. Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan. Hasil pemikiran dari aliran humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien. Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik ini. Adapun prinsip utama dalam aliran ini adalah. 1. Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap. 2. Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual. 3. Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia 4. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya. 5. Pandangan humanistic banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri. Aliran humanisme memandang bahwa manusia adalah mahluk yang mulia, yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spisiesnya. Aliran ini terdapat asas-asas penting mengenai manusia sebagai berikut: a. Manusia adalah mahluk yang memiliki kehendak bebas. b. Manusia adalah mahluk yang sadar atau berfikir. c. Manusia adalah mahluk yang mempunyai cita-cita dan merindukan sesuatu ideal. d. Manusia adalah mahluk yang kreatif. e. Manusia adalah mahluk yang bermoral. f. Manusia adalah mahluk yang sadar akan dirinya sendiri. g. Manusia adalah mahluk yang memiliki esensi kesucian TOKOH PSIKOLOGI HUMANISTIK 1. Carl Rogers (1902 – 1988) Lahir di Illinois dan sejak kecil menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D. Rogers bekerja sebagai psikoterapis dan dari profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya. Dalam konteks terapi, ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai Client-centered Therapy. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri. Keseluruhan pengalaman eksternal dan internal psikologis individu membentuk organisma. Organisma adalah kenyataan yang dihayati individu, dan disebut sebagai subjective reality, unik dari satu individu ke individu lainnya. Self (diri) berkembang dari organisma. Semakin koheren organisma dan self, semakin sehat pribadi tersebut dan sebaliknya. Sebagaimana ahli humanistic umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan cirri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain. 2. Abraham Maslow (1908-1970) Maslow dikenal dengan teori motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan psikologis manusia didorong oleh hirarki kebutuhannya, yaitu physiological needs, safety needs, love & belonging needs, esteen needs, dan self-actualization. Maslow (1969) menyebut aliran humanistic sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow, berwujud pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik; terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri - yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh. CIRI PSIKOLOGI HUMANISTIK Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencangkup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditunjukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini terjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitan dengan keerhasilan akademik. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkunganya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajari serta tau seberapa besar siswa dapat memahaminya. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat mimiliki manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanismr memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif,dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik atau guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa. BAB II PEMBAHASAN Aplikasi Teori Belajar Humanistik Dalam Kegiatan Pembelajaran Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan. Serta tentang proses belejar dalam bentuknya ang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini di kaji oleh teori-teori belajar lainya. Dalam pelaksanaanya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaning Learning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si pelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur konitif yang telah dimilikinya. Teori humanistik berpendapat bahwa belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuanya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanistik bersifat elektrik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula kelemahanya. Dalam arti ini elektisisme bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuanya tercapai yaitu memanusiakan manusia. Manusia adalah makhluk yang kompleks banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya berpaku pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatianya. Dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitianya dari sudut pandangnya masing-masing dan menganggap bahwa keteranganya tentang bagaimana manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang memadai. Maka akan terdapat bagaimanateori tentang belajar sesuai dangan pandangan masing-masing. Dari penalaran diatas ternyata bahwa perbedaan antara pandangan yang satu dengan pandangan yang lain sehingga sering kali hanya timbul karena perbedaan sudut pandang semata, atau kadang-kadang hanya perbedaan aksentuasi. Jadi keterangan atau pandangan yang berbeda-beda itu hanyalah keterangan mengenai hal yang satu dan sama dipandang dari sudut yang berlainan. Dengan demikian teori humanistik dengan pandanganya elektik yaitu dengan cara memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia bukan saja mungkin untuk dilakukan tetapi justu harus dilakukan. Teori humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis, karena dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sulit dalam menerjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun, karena sifatnya ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Teori humanistik sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, segingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuanya. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan untuk telah dirumuskan dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan. Kegiatan pembelajaran dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pemelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal ini tidak sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperensial. Dalam prakteknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan ( 2001 ) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. 2. Menentukan materi pelajaran. 3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa. 4. Mengidentifikasi topik-topikpelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar. 5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran. 6. Membimbing siswa belajar secara aktif. 7. Membimbing siswa untuk memahami makna dari pengalaman belajar. 8. Membimbing siswa untuk konseptualisasi pengalaman belajar. 9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situai nyata. 10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar. APLIKASI dan IMPLIKASI PSIKOLOGI HUMANISTIK Guru sebagai fasilitator. Psikolog humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas. b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan menjelaskan tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum. c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna . d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah untuk dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka. e. Dia menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok. f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok. g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandanganya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain. h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaanya dan juga pikiranya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksanakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa. i. Aplikasi teori humanistik terhadap pembelajaran siswa. Aplikasi teori humanistik lebih menunjukan pada roh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memakai proses pengalaman belajarnya sendiri. Di harapkan siswa dapat memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif da meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisa terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI PSIKOLOGI HUMANISTIK DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN 1. KELEBIHAN a. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. b. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku. 2. KEKURANGAN a. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar. b. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar. BAB III KESIMPULAN Adapun orientasi psikologi humanistic tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap individu dipengaruhi dan di bimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Aliran Psikologi Humanisme merupakan aliran yang memandang bahwa manusia adalah makhluk yang sangat mulia dan lebih memandang manusia dari segi kelebihan yang telah ada pada manusia. Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia . Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami ligkungannya dan dirinya. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat dimanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai. Menurut para pendidik aliran humanistic penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. DAFTAR PUSTAKA Budiningsih, C Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta Jakarta: Suciati dan Prasetya Irawan, Teori Belajar dan Motivasi, Publisher, Jakarta, PAU-PPAI Universitas Terbuka. Year, 2001 Ariefian. 2010. Teori Belajar Humanistik. (online) Zamroni, Moh. Nur Wahid dan Moh. Syamul Huda. 2009. Teori Belajar Humanistik. (online)

1 komentar:

  1. Top 10 casino to play Slots and live dealer games online
    Looking to play slots and bet365es live dealer games online? 안전바카라사이트바카라 시스템 배팅 Download the top 10 Casino 스포츠사이트 Listings for Free, from top software 메이저 토토 사이트 providers!

    BalasHapus