Gangguan Somatoform
Gangguan Somatoform merupakan gangguan yang dicirikan dengan adanya simtom
fisik yang tidak ditemukan penjelasannya secara medis. Penderita somatoform
merasa percaya bahwa mereka punya penyakit yang serius padahal tidak ada
kelainan fisik yang ditemukan.- Gangguan Konversi (Histeria Neurosis)
Psikoanalis; adanya represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan dalam gejala fisik. Konflik yang terjadi antara dorongan instinktif (seksual) dengan penghalangan ekspresi.
Behavioral; memanipulasi lingkungan untuk memberikan perhatian khusus pada penderita. Dengan penderitaan sakitnya tersebut, penderita mengendalikan lingkungan untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya.
Faktor Biologis; adanya hipometabolisme di hemisfer dominan dan hipermetabolisme di hemisfer nondominan dan melibatkan gangguan komunikasi hemisferis. Pada beberapa pasien ditemukan adanya gangguan serebrum yang tak jelas dalam komunikasi verbal, daya ingat, kewaspadaan, ketidaksesuaian efek dan perhatiannya.
Gambaran Klinis :
Gejala Sensoris : melibatkan organ indera spesifik yang menyebabkan ketulian, dan kebutaan.
Gejala Motoris : kelainan pergerakan, cara berjalan, kelemahan, paralitis. Tiks dan gerakan sentakan-sentakan sering ditemukan. Pergerakan biasanya memburuk, jika ada perhatian padanya. Satu gaya berjalan penderita konversi Astasia-abasia : ataksik (tidak terkoordinasi antara otot dan otak) dan sempoyongan yang disertai oleg gerakan batang tubuh yang menyentak, iregular kasar, dan gerakan lengan yang menggelepar dan bergelombang.
Gejala Kejang : adanya kejang semu (pseudoseizure). Kondisi kejang semu sulit dibedakan dengan kejang biasa.
Ciri penyerta lain :
Tujuan Primer : mempertahankan konflik internal di luar kesadarn. Adnya nilai simbolik yang mewakili konflik psikologis bawah sadar.
Tujuan Sekunder : mendapatkan keuntungan yang nyata akibat sakit; dimaafkan, mendapat bantuan; bebas kewajiban dan situasi yang sukar, memanipulasi orang lain.
La Belle Indefence : sikap sombong, ketidakacuhan, pandai menahan sikap yang tidak sesuai dengan gejala serius.
Tanda-tanda Gangguan Konversi menurut DSM IV :
Satu atau lebih defisit mengenai fungsi motoris volunter atau sensoris yang mengarah pada kondisi medis atau neurologis.
Didahului konflik atau stressor psikologis.
Gejala tidak dibuat-buat secara sengaja.
Hasil pemeriksaan medis tidak ditemukan kondisi medis umum, efek zat tertentu atau perilaku kultural yang diterima secara akurat.
Meyebabkan penderitaan bermakna secara psikologis.
- Hipokondriasis
Diagnosa tanda-tanda hipokondria:
a) Orang memikirkan dengan ketakutan bahwa mempunyai penyakit yang serius tanpa adanya laporan medis mendukung pernyataannya.
b) Yang menjadi pokok adalah bukannya intensitas delusi, tetapi emosi yang berada di bawah stress.
c) Dialami selama enam bulan atau lebih.
d) Indikasi hipokondria yang terjadi secara eksklusif dengan tanda gangguan lain.
Orang dengan hipokondriasis menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri. Padahal, kecemasan akan simtom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik tersendiri, misalnya keringat berlebihan dan pusing bahkan pingsan. Orang yang mengalami hipokondriasis memiliki lebih lanjut kekhawatiran akan kesehatan, lebih banyak simtrom psikiatris, dan mempersepsikan kesehatan yang lebih buruk daripada orang lain.
- Gangguan Somatik (Somatisasi)
Psikososial : interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial yang hasilnya adalah menghindari kewajiban (melakukan hal yang tidak disenangi), mengekspresikan emosi (kebencian), simbolisasi perasaan atau kesakitan (nyeri kepala). Menurut psikoanalisis, simtom merupakan substitusi dorongan instinktif yang direpresikan. Pandangan behavioral melihat adanya proses belajar parental. Di samping itu, juga ditemukan pasien berasal dari rumah yang tidak stabil dan mengalami penyiksaan fisik.
Faktor Biologis : adanya gangguan pada neurologis. Faktor genetika juga dilaporkan mempunyai pengaruh munculnya gangguan somatisasi.
Kriteria diagnostik gangguan somatisasi menurut DSM IV :
Empat gejala nyeri; riwayat nyeri berhubungan setidaknya empat tempat atau fungsi yang berlainan (kepala, perut, punggung, sendi, dada, anggota gerak, sexual intercourse, menstruasi, urine).
Dua gejala gastrointestinal (mual, kembung, muntah selain kehamilan, diare ateu intoleransi terhadap jenis makanan).
Satu gejala seksual (kurang bergairah, ejakulasi dini, menstruasi tidak teratur).
Satu gejala saraf (sulit menelan, hilangnya sensasi sentuh, dissosiatif (amnesia), afonia, kebutaan, kelumpuhan dan hilang ingatan).
Penderita gangguan somatisasi mempunyai banyak keluhan dan riwayat medis yang lama dan sulit, mual, muntah (selama kehamilan), kesulitan menelan, nyeri di lengan dan tungkai, amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi gejala yang paling sering. Riwayat medis digambarkan secara sepintas, samar-samar, tidak jelas, tidak konsisten, dan tidak sistematis. Penderita wanita biasanya berpakaian secara eksibisionistis, tergantung, berpusat pada diri sendiri, haus pujian, dan manipulatif. Sering disertai dengan adanya gangguan mental lainnya, termasuk depresif berat, gangguan kepribadian, adiksi zat, kecemasan umum, dan phobia.
- Body Dysmorphic Disorder (BDD)
Kriteria diagnostik gangguan Somatisasi menurut DSM IV :
Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali tubuh, maka individu akan merasakan kekhawatiran yang berlebihan.
Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis, fungsi sosial atau fungsi penting lainnya.
Tidak dapat diterangkan lebih baik dengan mental lain (ketidakpuasan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia nervosa).
- Gangguan Nyeri
Psikodinamis : merupakan ekspresi simbolik dari konflik intrapsikis melalui tubuh. Beberapa penderita mengalami aleksitima yaitu kesulitan mengartikulasikan perasaan internal ke dalam kata-kata, sehingga tubuh mengekspresikan perasaan. Pengalihan masalah kedalam tubuh menjadikan penderita merasa memiliki kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan. Arti simbolis dapat juga berhubungan dengan penebusan dosa, kesalahan ataupun agresi yang ditekan. Beberapa pasien sukar disembuhkan karena merasa pantas untuk menderita. Nyeri dapat berfungsi sebagai cara untuk mendapatkan cinta, hukuman kesalahan, dan cara menebus kesalahan. Pola defens mekanism yang digunakan adalah pengalihan, substitusi, dan represi.
Behavioral : gejala nyeri menjadi kuat jika diikuti oleh perlakuan cemas dan perhatian orang lain atau keberhasilan menghindari aktivitas yang tidak disenangi.
Interpersonal : cara untuk dapat memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam berhubungan interpersonal, misalnya untuk menjadi anggota keluarga yang paling disayangi atau mempertahankan perkawinan yang rapuh.
Biologis : adanya kelainan limbik atau kelainan kimiawi pada otak.
Kriteria diagnostik gangguan somatisasi menurut DSM IV :
Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup parah.
Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis, sosial atau fungsi lainnya.
Adanya faktor psikologis dianggap berperan dalam onset, keparahan, bertahannya nyeri.
Tidak ditimbulkan secara sengaja.
Nyeri tidak dapat diterangkan dengan kecemasan atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi dispareunia.
Gangguan nyeri bukan merupakan suatu kelompok yang seragam, akan tetapi simtom yang dikeluhkan sangat heterogen dengan berbagai nyeri, seperti punggung, ataupun kepala. Untuk memenuhi kriteria diagnosis gangguan nyeri diharuskan adanya faktor psikologis yang terlibat secara signifikan dalam gejala nyeri dan permasalahannya. Sering timbul keinginan-keinginan untuk melakukan pembedahan. Pasien sering menyangkal adanya faktor emosional dan menyatakan hidup dalam kebahagiaan kecuali adanya rasa nyeri. Untuk mengatasi rasa nyerinya, biasanya pasien menggunakan alkanol dan zat untuk meringankan penderitaannya.
- Sindrom Koro dan Dhat
VI. Treatment
1) Psikoanalisis
Membuka dan membawa konflik ketidaksadaran yang dimulai pada masa kecil sehingga simptom-simptomnya akan hilang.
2) Behavioral
Teoretikus Behavioris memfokuskan pada penghilangan secondary reinforcement yang mungkin berhubungan dengan keluhan fisik. Terapis behavioral dapat mengajarkan anggota keluarga untuk menghargai usaha memenuhi tanggung jawab dan mengabaikan tuntutan dan keluhan.
3) Kognitif-Bahavioral
Pemaparan terhadap Pencegahan respons dan rekstrukturisasi kognitif. Pemaparan dapat dilakukan dengan secara sengaja memunculkan sesuatu yang ditakutinya. Dalam rekstrukturisasi kognitif, terapis menantang keyakinan klien dengan cara menyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang jelas. Perhatian akhir-akhir ini beralih pada pengguanaan antidepresan, terutama fluoxetine (Prozac), dalam menangani beberapa tipe gangguan somatoform. Meski kita kekurangan terapi obat yang spesifik untuk gangguan konversi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar