ANXIETY DISORDERS
Anxiety atau kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang megeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan dikatakan abnormal jika tingkatannya tak lagi sesuai dengan proporsi ancaman yang dicemaskannya, dan apabila datangnya tanpa disertai alasan yang dapat dijadikan penyebab kecemasan itu sendiri. Gangguan kecemasan bisa terjadi kapanpun, tanpa ada rentang masa yang jelas, bisa perhari, perjam, perbulan, bahkan pertahun. Saat stimulus yang dicemaskan muncul, maka kecemasan berlebihan akan terpaparkan, misalnya pada gangguan phobia. Kecemasan terdiri dari beragamnya ciri fisik, kognisi, dan psikomotor. Freud mengatakan bahwa perilaku neurotik misalnya kecemasan ini terjadi karena adanya ancaman bahwa ide-ide pembangkit kecemasan yang tidak dapat diterima muncul kedalam alam sadar. Semua gangguan ini merupakan refleksi ego dalam menjalankan defense mechanismnya. Gangguan Kecemasan meliputi banyak aspek, antara lainnya yaitu : Kesehatan, Relasi Sosial, Karier, Keselamatan, dan Kondisi Lingkungan.
- Klasifikasi ganngguan kecemasan
Gangguan Panik
Panic Disorder meliputi munculnya serangan panik yang berulang dan tidak terduga. Serangan panik pertama melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan simtom-simton fisik. Terdapat komponen ketubuhan yang lebih kuat pada serangan panik dibandingkan bentuk kecemasan yang lain. Orang yang mengalami serangan panik cenderung sangat menyadari adanya perubahan detak jantung mereka. Serangan panik terjadi tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10-15 menit. Dalam banyak hal, orang yang mengalami serangan panik membatasi aktivitas mereka untuk menghindari apa yang mereka cemaskan tersebut. Hal ini bisa menyebabkan agoraphobia yaitu ketakutan untuk keluar tempat umum.
Gangguan Kecemasan yang Menyeluruh (GAD)
Gangguan kecemasan menyeluruh atau GAD (Generalized Anxiety Disorder) dicirikan oleh perasaan cemas yang persisten yang nampak mengapung bebas atau tidak terikat pada situasi yang spesifik. Gangguan ini cenderung merupakan gangguan yang stabil. Gangguan ini sering ada bersama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ciri-ciri GAD yaitu sebagai berikut :
Aspek pemicu GAD antara lainnya : Keuangan, Kesejahteraan anak atau keluarga, Hubungan sosial, dan sebagainya.
Gangguan Phobia
Phobia merupakan ketakutan irasional yang berlebihan terhadap suatu situasi atau objek spesifik. Phobia juga mencakup komponen perilaku, penghindaran stimulus phobik, selain ciri-ciri fisik dan kognitif. Jenis gangguan-gangguan phobia antara lain :
1) Phobia Spesifik, merupakan ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi spesifik. Terdapat beberapa tipe phobia spesifik, antara lainnya : binatang, lingkungan alam, darah, situasi lainnya. Phobia spesifik seringkali bermula pada masa kanak-kanak. Phobia spesifik adalah salah satu gangguan psikologis yang paling umum. Selain itu, cenderung berlangsung terus selama bertahun-tahun, kecuali bila ditangani dengan efektif.
2) Phobia Sosial, merupakan ketakutan yang melibatkan perasaan takut yang besar dan muncul karena penilaian negatif orang lain. Penderita biasanya memiliki ketakutan yang kuat pada situasi yang menyengsarakan dan mereka cenderung menjauhi kontak sosial.
3) Agoraphobia, merupakan ketakutan pada tempat terbuka, dan daerah yang ramai. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa serangan panik. Agoraphobia lebih umum terdapat pada perempuan.
Bentuk terapi yang disarankan antara lainnya :
a) Cognitive Restructuring, yaitu proses terapi yang digunakan untuk membantu penderita dengan cara membuat daftar tentang hal-hal yang ada dalam pikiran meraka dan merusak kontrol, lalu dicari alternatif rasional untuk mengatasi hal yang ada dalam pikirannya itu.
b) Terapi Kognitif dan Perilaku, merupakan teknik gabungan antara kognitif dan perilaku yang dipadukan. Dalam pendekatan ini, diterapkan teknik relaksasi dan latihan pernapasan. Dengan berjalannya waktu penderita akan mengalami desentisasi terhadap pengalaman.
c) Terapi Psikososial, yaitu pendekatan keluarga yang diarahkan untuk mendidik dan mendukung usaha perubahan yang dilakukan penderita.
Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)
Obsesi adalah suatu ide, pikiran atau dorongan yang intrusif dan berulang yang sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk mengontrolnya. Kompulsi adalah tingkah laku yang repetitif atau tindakan mental repetitif yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan. Obsesi akan meningkatkan kecemasan seseorang. Sedangkan, kompulsi menurunkan kecemasan. Akan tetapi, jika seseorang dipaksa untuk melakukan suatu kompulsi, maka kecemasannya akan meningkat. Obsesif-kompulsif seringkali berkombinasi menciptakan kecemasan. Obsesif kompulsif dialami 2-3 % populasi individu di seluruh dunia. Persentase antara wanita dan pria sama dalam terkena gangguan ini. Seseorang dikatakan mengidap gangguan obsesi-kompulsif, jika menyebabkan distress konkret pada individu, dan dalam durasi lebih dari 1 jam/ hari, mengganggu hal-hal rutin yang normal, fungsi kerja dan fungsi social individu. Gangguan ini juga sering berangkai dengan gangguan tic. Perbedaannya dengan delusi adalah adanya keyakinan pada OCD dapat digoyahkan, jika diberi penjelasan logis terus menerus secara berulang kali.
Gangguan stress akut (ASD) dan Gangguan Stress Pascatrauma (PTSD).
Gangguan stress akut (ASD) adalah suatu reaksi maladaptif yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis. Gangguan stress pascatrauma adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. Pada kedua tipe gangguan stress ini terjadi karena terjadinya suatu peristiwa traumatis. Ciri-ciri stres traumatis, antara lain : mengalami kembali peristiwa traumatis, menghindari petunjuk, mati rasa dalam segi emosional, mudah sekali terangsang, dan mengalami gangguan fungsi. Walaupun gangguan cemas telah menjadi subjek dari penelitian yang ekstensif, hanya sedikit perhatian yang diberikan pada perbedaan etnik dalam kaitannya dengan prevalensi dari gangguan-gangguan ini. Contoh Kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stress yaitu : Perang, Bencana Alam, Bencana Teknologis, Kematian seseorang yang berharga, Sakit, Perceraian orang tua, Kekerasan, Pemerkosaan, Kecelakaan, dan sebagainya.
- B. Perspektif Teoritis
- a. Pandangan Psikodinamis
- b. Faktor-faktor Kognitif dalam Gangguan Kecemasan
- c. Faktor-faktor Biologis dalam Gangguan Kecemasan
- C. Penanganan Gangguan Kecemasan
Kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Terapis psikodinamika yang lebih modern juga menyadarkan klien mengenai sumber-sumber konflik yang berasal dari dalam dirinya. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan pendekatan tradisional, mereka lebih menjejaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaan hubungan yang sekarang ini daripada hubungan di masa lalu, dan mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
Pendekatan-pendekatan Humanistis
Para teoritikus Humanistis yakin bahwa banyak dari kecemasan kita yang berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Orang mungkin merasakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tanpa mampu untuk mengatakan yang dirasakannya, karena bagian diri yang tidak diakui tidak secara langsung diekspresikan pada kesadaran. Terapis humanis bertujuan untuk membantu penderita dalam memahami, dan mengekspresikan bakat, serta perasaan mereka yang rasakan sesungguhnya.
Pendekatan-pendekatan Biologis
Berbagai variasi obat-obatan digunakan untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan. Orang yang menjadi tergantung kepadanya dapat mengalami serangkaian simtom putus zat bila mereka berhenti menggunakannya secara tiba-tiba. Simtom-simtom tersebut mendorong orang untuk menggunakan kembali obat-obatan tersebut. Masalah potensial dengan terapi obat adalah bahwa pasien kemungkinan menganggap perbaikan klinis yang terjadi disebabkan oleh obat dan bukan karena sumber daya mereka sendiri. Obat-obat ini juga tidak membawa kesembuhan total. Terapi obat kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi kognitif behavioral.
Pendekatan-pendekatan Belajar
Inti dari pendekatan belajar ini adalah usaha untuk membantu individu-individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi objek atau situasi yang menimbulkan ketakutan dan kecemasan.
A) Desentisitisasi Sistematis
Merupakan prosedur untuk mengurangi rasa takut yang diciptakan oleh psikiater Joseph Wolpe. Desensitisasi sitematis adalah suatu proses gradual. Klien belajar menghadapi secara progresif menghadapi stimulus yang makin mengganggu sementara mereka tetap rileks. Para terapis berorientasi pada behavioral, seperti yang Wolpe jelaskan akan manfaat dari desensitisasi sistematis dan terapi serupa melalui prinsip counterconditioning para terapis yang berorientasi kognitif member catatan bahwa dengan berada bersama dengan gambaran stimulus fobik, dan tidak lari darinya, akan meningkatkan harapan self-efficacy.
B) Pemaparan Gradual
Metode ini dapat menbantu orang dalam mengatasi phobianya melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Pemaparan gradual juga sangat banyak dipakai pada penanganan agoraphobia. Metode yang disebut flooding adalah suatu bentuk dari terapi pemaparan dimana subjek dihadapkan kepada stimulus pembangkit kecemasan tingkat tinggi baik melalui imajinasi ataupun situasi aktual. Melalui teknik flooding, klien secara langsung dihadapkan pada situasi pembangkit ketakutan. Terapi Kognitif , berusaha untuk mengidentifikasi dan mengoreksi keyakinan yang disfungsional. Terapis kognitif membantu orang untuk mengenali cacat logis dalam pemikiran mereka dan membantu mereka untuk memandang situasi secara rasional. Terapi virtual untuk phobia, keuntungan menggunakan terapi virtual ini adalah untuk memberi kesempatan pada kita untuk mengatasi situasi sulit atau hampir tidak mungkin diadakan dalam realitas yang sesungguhnya. Terapi Kognitif-behavioral, dengan memadukan teknik-teknik behavioral seperti restrukturisasi kognitif.
Kuliah V :
Gangguan Disosiatif, Gangguan Buatan, dan Gangguan Somatoform
- I. Gangguan disosiatif (dissociative disorder)
- A. Gangguan Identitas Disosiatif atau Kepribadian Ganda
Pada beberapa kasus, kepribadian tuan rumah (utama) mungkin tidak sadar akan kehadiran identitas lainnya, sementara kepribadian lainnya sadar akan keberadaan si tuan rumah. Pada kasus-kasus lainnya, kepribadian-kepribadian yang berbeda benar-benar tidak sadar satu sama lain. Acapkali kedua kepribadian bersaing untuk mendapatkan kontrol terhadap orang tersebut. Terkadang ada satu kepribadian dominan atau inti dan ada dua atau lebih kepribadian subordinat. Beberapa dari kepribadian pengganti (kepribadian alter) umumnya mencakup anak-anak dari beragam usia, remaja dengan jenis kelamin berbeda, pekerja seks komersial, serta laki-laki homoseksual dan wanita lesbian. Beberapa kepribadian dapat menunjukkan simtom-simtom psikosis putus dari realitas yang diekspresikan dalam bentuk halusinasi dan pola pikir delusional.
Kepribadian yang dominan sering tidak menyadari keberadaan kepribadian-kepribadian alter. Hal ini sepertinya menunjukkan bahwa mekanisme disosiatif dikontrol oleh proses-proses ketidaksadaran. Meskipun kepribadian dominan tidak menyadari mengenai keberadaan kepribadian lainnya, ia dapat samar-samar merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Bahkan mungkin terjadi “persaingan interpersonalitas” dimana satu kepribadian ingin memusnahkan kepribadaian yang lainnya. Meskipun wanita merupakan mayoritas kasus dari kepribadian ganda, proporsi dari laki-laki yang didiagnosis memiliki gangguan tersebut telah mengalami peningkatan. Wanita yang menderita gangguan tersebut cenderung memiliki lebih banyak identitas pengganti dimana rata-rata 15 atau lebih daipada laki-laki, yang rata-rata sekitar 8 identitas (APA, 2000).
Ciri-ciri dari gangguan identitas disosiatif (sebelumnya disebut kepribadian ganda), yaitu :
Sedikitnya dua kepribadian yang berbeda ada dalam diri seseorang, dimana masing-masing memiliki pola yang relatif kekal dan berbeda dalam memersepsikan, memikirkan dan berhubungan dengan lingkungan serta self.
Dua atau lebih dari kepribadian ini secara berulang mengambil kontrol penuh atas perilaku individu itu.
Ada kegagalan untuk mengingat kembali informasi pribadi penting yang terlalu substansial untuk dianggap sebagai mekanisme lupa biasa.
Ganguan ini tidak terjadi akibat efek dari zat psikoaktif atau kondisi medis umum.
- B. Amnesia Disosiatif
Bentuk lain dari amnesia disosiatif mencakup amnesia selektif dan amnesia menyeluruh. Dalam amnesia selektif, orang lupa hanya pada hal-hal khusus yang mengganggu yang terdapat dalam suatu periode waktu tertentu. Dalam amnesia menyeluruh, orang melupakan seluruh kehidupannya meliputi siapa dirinya ?, apa pekerjaannya ?, dan dimana tempat tinggalnya ?. Orang dengan amnesia menyeluruh tidak dapat mengingat informasi pribadi, tapi cenderung untuk tetap mempertahankan kebiasaan, selera, dan keterampilan mereka. Orang dengan amnesia selektif biasanya lupa pada peristiwa atau periode kehidupan yang traumatis yang membangkitkan emosi negatif yang kuat seperti ketakutan serta rasa bersalah. Pura-pura mengaku amnesia sebagai suatu cara menghindari tanggung jawab disebut malingering, yang mencakup usaha untuk menirukan simtom terkait atau membuat pengakuan palsu demi keuntungan pribadi.
- C. Fugue Disosiatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar