Laman

Rabu, 04 Maret 2015

ANXIETY DISORDERS



ANXIETY DISORDERS
Anxiety atau kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang megeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan dikatakan abnormal jika tingkatannya tak lagi sesuai dengan proporsi ancaman yang dicemaskannya, dan apabila datangnya tanpa disertai alasan yang dapat dijadikan penyebab kecemasan itu sendiri. Gangguan kecemasan bisa terjadi kapanpun, tanpa ada rentang masa yang jelas, bisa perhari, perjam, perbulan, bahkan pertahun. Saat stimulus yang dicemaskan muncul, maka kecemasan berlebihan akan terpaparkan, misalnya pada gangguan phobia. Kecemasan terdiri dari beragamnya ciri fisik, kognisi, dan psikomotor. Freud mengatakan bahwa perilaku neurotik misalnya kecemasan ini terjadi karena adanya ancaman bahwa ide-ide pembangkit kecemasan yang tidak dapat diterima muncul kedalam alam sadar. Semua gangguan ini merupakan refleksi ego dalam menjalankan defense mechanismnya. Gangguan Kecemasan meliputi banyak aspek, antara lainnya yaitu : Kesehatan, Relasi Sosial, Karier, Keselamatan, dan Kondisi Lingkungan.
  1. Klasifikasi ganngguan kecemasan
Istilah neurosis diambil dari kata yang berarti suatu kondisi abnormal. Neurosis diasumsikan mempunyai penyebab biologis. Neurosis dipandang sebagai suatu penyakit pada sistem syaraf. Sigmund Freud mengatakan bahwa tingkah laku neurotis terjadi karena adanya ancaman bahwa ide pembangkit kecemasan yang tidak dapat diterima akan muncul kealam sadar. Pada tahun 1980, DSM tidak lagi mempunyai kategori yang disebut neurosis. DSM yang sekarang didasarkan pada similaritas dalam tingkah laku yang diamati dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan asumsi kausal. Orang yang mempunyai gangguan penyesuain, depresi  dan gangguan psikotis juga dapat mempunyai masalah kecemasan. Versi DSM IV, mengakui tipe spesifik dari gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan tidak berdiri secara eksklusif, karena penderita seringkali memenuhi lebih dari satu kriteria diagnostik.
Gangguan Panik
Panic Disorder meliputi munculnya serangan panik yang berulang dan tidak terduga. Serangan panik pertama melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan simtom-simton fisik. Terdapat komponen ketubuhan yang lebih kuat pada serangan panik dibandingkan bentuk kecemasan yang lain. Orang yang mengalami serangan panik cenderung sangat menyadari adanya perubahan detak jantung mereka. Serangan panik terjadi tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10-15 menit. Dalam banyak hal, orang yang mengalami serangan panik membatasi aktivitas mereka untuk menghindari apa yang mereka cemaskan tersebut. Hal ini bisa menyebabkan agoraphobia yaitu ketakutan untuk keluar tempat umum.
Gangguan Kecemasan yang Menyeluruh (GAD)
Gangguan kecemasan menyeluruh atau GAD (Generalized Anxiety Disorder) dicirikan oleh perasaan cemas yang persisten yang nampak mengapung bebas atau tidak terikat pada situasi yang spesifik. Gangguan ini cenderung merupakan gangguan yang stabil. Gangguan ini sering ada bersama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ciri-ciri GAD yaitu sebagai berikut :
Aspek pemicu GAD antara lainnya : Keuangan, Kesejahteraan anak atau keluarga,  Hubungan sosial, dan sebagainya.
Gangguan Phobia
Phobia merupakan ketakutan irasional yang berlebihan terhadap suatu situasi atau objek spesifik. Phobia juga mencakup komponen perilaku, penghindaran stimulus phobik, selain ciri-ciri fisik dan kognitif. Jenis gangguan-gangguan phobia antara lain :
1)      Phobia Spesifik, merupakan ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi spesifik. Terdapat beberapa tipe phobia spesifik, antara lainnya : binatang, lingkungan alam, darah, situasi lainnya. Phobia spesifik seringkali bermula pada masa kanak-kanak. Phobia spesifik adalah salah satu gangguan psikologis yang paling umum. Selain itu, cenderung berlangsung terus selama bertahun-tahun, kecuali bila ditangani dengan efektif.
2)      Phobia Sosial, merupakan ketakutan yang melibatkan perasaan takut yang besar dan muncul karena penilaian negatif orang lain. Penderita biasanya memiliki ketakutan yang kuat pada situasi yang menyengsarakan dan mereka cenderung menjauhi kontak sosial.
3)      Agoraphobia, merupakan ketakutan pada tempat terbuka, dan daerah yang ramai. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa serangan panik. Agoraphobia lebih umum terdapat pada perempuan.
Bentuk terapi yang disarankan antara lainnya :
a)    Cognitive Restructuring, yaitu proses terapi yang digunakan untuk membantu penderita dengan cara membuat daftar tentang hal-hal yang ada dalam pikiran meraka dan merusak kontrol, lalu dicari alternatif rasional untuk mengatasi hal yang ada dalam pikirannya itu.
b)   Terapi Kognitif dan Perilaku, merupakan teknik gabungan antara kognitif dan perilaku yang dipadukan. Dalam pendekatan ini, diterapkan teknik relaksasi dan latihan pernapasan. Dengan berjalannya waktu penderita akan mengalami desentisasi terhadap pengalaman.
c)    Terapi Psikososial, yaitu pendekatan keluarga yang diarahkan untuk mendidik dan mendukung usaha perubahan yang dilakukan penderita.

Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)
Obsesi adalah suatu ide, pikiran atau dorongan yang intrusif dan berulang yang sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk mengontrolnya. Kompulsi adalah tingkah laku yang repetitif atau tindakan mental repetitif yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan. Obsesi akan meningkatkan kecemasan seseorang. Sedangkan, kompulsi menurunkan kecemasan. Akan tetapi, jika seseorang dipaksa untuk melakukan suatu kompulsi, maka kecemasannya akan meningkat. Obsesif-kompulsif seringkali berkombinasi menciptakan kecemasan. Obsesif kompulsif dialami 2-3 % populasi individu di seluruh dunia. Persentase antara wanita dan pria sama dalam terkena gangguan ini. Seseorang dikatakan mengidap gangguan obsesi-kompulsif, jika menyebabkan distress konkret pada individu, dan dalam durasi lebih dari 1 jam/ hari, mengganggu hal-hal rutin yang normal, fungsi kerja dan fungsi social individu. Gangguan ini juga sering berangkai dengan gangguan tic. Perbedaannya dengan delusi adalah adanya keyakinan pada OCD dapat digoyahkan, jika diberi penjelasan logis terus menerus secara berulang kali.
Gangguan stress akut (ASD) dan Gangguan Stress Pascatrauma (PTSD).
Gangguan stress akut (ASD) adalah suatu reaksi maladaptif yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis. Gangguan stress pascatrauma adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. Pada kedua tipe gangguan stress ini terjadi karena terjadinya suatu peristiwa traumatis. Ciri-ciri stres traumatis, antara lain : mengalami kembali peristiwa traumatis, menghindari petunjuk, mati rasa dalam segi emosional, mudah sekali terangsang, dan mengalami gangguan fungsi. Walaupun gangguan cemas telah menjadi subjek dari penelitian yang ekstensif, hanya sedikit perhatian yang diberikan pada perbedaan etnik dalam kaitannya dengan prevalensi dari gangguan-gangguan ini. Contoh Kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stress yaitu : Perang, Bencana Alam, Bencana Teknologis, Kematian seseorang yang berharga, Sakit, Perceraian orang tua, Kekerasan, Pemerkosaan, Kecelakaan, dan sebagainya.
  1. B.      Perspektif Teoritis
Gangguan kecemasan merupakan suatu laboratorium teoritis bagi para ilmuwan. Banyak teori mengenai tingkah laku abnormal dikembangkan dengan pemikiran tentang gangguan ini khususnya kecemasan. Berikut adalah beberapa pandangan mengenai gangguan kecemasan :
  1. a.           Pandangan Psikodinamis
Kecemasan dalam pandangan ini diasumsikan sebagai suatu sinyal bahaya bahwa impuls yang mengancam yang sifatnya seksual atau agresif mendekat kealam kesadaran. Teoretikus psikodinamis memandang gangguan kecemasan sebagai usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls yang mengancam kesadaran melalui defense mechanism individu. Perasan-perasaan akan kecemasan merupakan tanda-tanda peringatan bahwa impuls yang mengancam mendekat kearah kesadaran. Ego menggerakkan defense mechanismnya untuk mengalihkan impuls tersebut, dan kemudian mengarah pada gangguan kecemasan lainnya.
  1. b.           Faktor-faktor Kognitif dalam Gangguan Kecemasan
Faktor-faktor kognitif mungkin juga memegang peranan penting dalam gangguan kecemasan, misalnya saja prediksi berlebihan mengenai ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan irasional, sensitivitas berlebihan tentang sinyal-sinyal dan tanda-tanda adanya ancaman, harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah, dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh. Para peneliti berusaha untuk menemukan dasar biologis dari gangguan-gangguan kecemasan dengan mempelajari peranan dari faktor-faktor genetis, neurotransmitter, dan induksi rasa panik melalui tantangan-tantangan biologis.
  1. c.            Faktor-faktor Biologis dalam Gangguan Kecemasan
Rata-rata perempuan mengalami agoraphobia dan spesifikasiphobia. Selain itu, menurut penelitian Sandra Searr, dkk mengungkapkan bahwa anak-anak alami mengalami konstelasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak adopsi terhadap orang tuanya. Faktor genetik ini lebih memainkan peranan pada phobia spesifik daripada agoraphobia, karena adanya pengalaman aversif yang mempengaruhi perkembangan phobia spesifik. Aspek biologis dari gangguan panik ditunjukkan dengan sebagian besar penyebab gangguan panik adalah karena terjadinya gangguan pada otak. Gangguan panik juga dapat disebabkan oleh terinfusnya kimiawi sodium laktosa atau kelebihan CO2 dan lebih disebabkan gangguan internal daripada gangguan eksternal.
  1. C.      Penanganan Gangguan Kecemasan
Pendekatan-pendekatan Psikodinamis
Kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Terapis psikodinamika yang lebih modern juga menyadarkan klien mengenai sumber-sumber konflik yang berasal dari dalam dirinya. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan pendekatan tradisional, mereka lebih menjejaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaan hubungan yang sekarang ini daripada hubungan di masa lalu, dan mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
Pendekatan-pendekatan Humanistis
Para teoritikus Humanistis yakin bahwa banyak dari kecemasan kita yang berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Orang mungkin merasakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tanpa mampu untuk mengatakan yang dirasakannya, karena bagian diri yang tidak diakui tidak secara langsung diekspresikan pada kesadaran. Terapis humanis bertujuan untuk membantu penderita dalam memahami, dan mengekspresikan bakat, serta perasaan mereka yang rasakan sesungguhnya.
Pendekatan-pendekatan Biologis
Berbagai variasi obat-obatan digunakan untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan. Orang yang menjadi tergantung kepadanya dapat mengalami serangkaian simtom putus zat bila mereka berhenti menggunakannya secara tiba-tiba. Simtom-simtom tersebut mendorong orang untuk menggunakan kembali obat-obatan tersebut. Masalah potensial dengan terapi obat adalah bahwa pasien kemungkinan menganggap perbaikan klinis yang terjadi disebabkan oleh obat dan bukan karena sumber daya mereka sendiri. Obat-obat ini juga tidak membawa kesembuhan total. Terapi obat kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi kognitif behavioral.
Pendekatan-pendekatan Belajar
Inti dari pendekatan belajar ini adalah usaha untuk membantu individu-individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi objek atau situasi yang menimbulkan ketakutan dan kecemasan.
A)     Desentisitisasi Sistematis
Merupakan prosedur untuk mengurangi rasa takut yang diciptakan oleh psikiater Joseph Wolpe. Desensitisasi sitematis adalah suatu proses gradual. Klien belajar menghadapi secara progresif menghadapi stimulus yang makin mengganggu sementara mereka tetap rileks. Para terapis berorientasi pada behavioral, seperti yang Wolpe jelaskan akan manfaat dari desensitisasi sistematis dan terapi serupa melalui prinsip counterconditioning para terapis yang berorientasi kognitif member catatan bahwa dengan berada bersama dengan gambaran stimulus fobik, dan tidak lari darinya, akan meningkatkan harapan self-efficacy.
B)      Pemaparan Gradual
Metode ini dapat menbantu orang dalam mengatasi phobianya melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Pemaparan gradual juga sangat banyak dipakai pada penanganan agoraphobia. Metode yang disebut flooding adalah suatu bentuk dari terapi pemaparan dimana subjek dihadapkan kepada stimulus pembangkit kecemasan tingkat tinggi baik melalui imajinasi ataupun situasi aktual. Melalui teknik flooding, klien secara langsung dihadapkan pada situasi pembangkit ketakutan. Terapi Kognitif , berusaha untuk mengidentifikasi dan mengoreksi keyakinan yang disfungsional. Terapis kognitif membantu orang untuk mengenali cacat logis dalam pemikiran mereka dan membantu mereka untuk memandang situasi secara rasional. Terapi virtual untuk phobia, keuntungan menggunakan terapi virtual ini adalah untuk memberi kesempatan pada kita untuk mengatasi situasi sulit atau hampir tidak mungkin diadakan dalam realitas yang sesungguhnya. Terapi Kognitif-behavioral, dengan memadukan teknik-teknik behavioral seperti restrukturisasi kognitif.

Kuliah V :
Gangguan Disosiatif, Gangguan Buatan, dan Gangguan Somatoform
  1. I.          Gangguan disosiatif (dissociative disorder)
Adalah sebuah kelompok gangguan yang ditandai adanya suatu kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran. Gangguan disosiatif mayor mencakup gangguan identitas disosiatif, amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan gangguan depersonalisasi. Dalam setiap kasus, terdapat suatu gangguan atau disosiasi (perpecahan) pada fungsi-fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran yang dalam keadaan normal membuat diri kita menjadi satu kesatuan.
  1. A.   Gangguan Identitas Disosiatif atau Kepribadian Ganda
Adalah suatu gangguan disosiatif dimana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda atau kepribadian pengganti. Pada gangguan identitas disosiatif, acapkali disebut sebagai “kepribadian terpecah”, dua atau lebih kepribadian yang masing-masing memiliki trait dan ingatan yang terdefinisikan secara baik, yang menempati tubuh satu orang. Mereka bisa sadar atau tidak sadar akan keberadaan satu dengan yang lainnya. Dalam beberapa kasus, yang tidak dipublikasikan, kepribadian pengganti (disebut juga kepribadian alter) bahkan dapat menunjukkan rekaman EEG, reaksi alergi, dan respon terhadap pengobatan yang berbeda. Juga, hasil pemeriksaan mata dan besar pupil yang berbeda.
Pada beberapa kasus, kepribadian tuan rumah (utama) mungkin tidak sadar akan kehadiran identitas lainnya, sementara kepribadian lainnya sadar akan keberadaan si tuan rumah. Pada kasus-kasus lainnya, kepribadian-kepribadian yang berbeda benar-benar tidak sadar satu sama lain. Acapkali kedua kepribadian bersaing untuk mendapatkan kontrol terhadap orang tersebut. Terkadang ada satu kepribadian dominan atau inti dan ada dua atau lebih kepribadian subordinat. Beberapa dari kepribadian pengganti (kepribadian alter) umumnya mencakup anak-anak dari beragam usia, remaja dengan jenis kelamin berbeda, pekerja seks komersial, serta laki-laki homoseksual dan wanita lesbian. Beberapa kepribadian dapat menunjukkan simtom-simtom psikosis putus dari realitas yang diekspresikan dalam bentuk halusinasi dan pola pikir delusional.
Kepribadian yang dominan sering tidak menyadari keberadaan kepribadian-kepribadian alter. Hal ini sepertinya menunjukkan bahwa mekanisme disosiatif dikontrol oleh proses-proses ketidaksadaran. Meskipun kepribadian dominan tidak menyadari mengenai keberadaan kepribadian lainnya, ia dapat samar-samar merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Bahkan mungkin terjadi “persaingan interpersonalitas” dimana satu kepribadian ingin memusnahkan kepribadaian yang lainnya. Meskipun wanita merupakan mayoritas kasus dari kepribadian ganda, proporsi dari laki-laki yang didiagnosis memiliki gangguan tersebut telah mengalami peningkatan. Wanita yang menderita gangguan tersebut cenderung memiliki lebih banyak identitas pengganti dimana rata-rata 15 atau lebih daipada laki-laki, yang rata-rata sekitar 8 identitas (APA, 2000).
Ciri-ciri dari gangguan identitas disosiatif (sebelumnya disebut kepribadian ganda), yaitu :
Sedikitnya dua kepribadian yang berbeda ada dalam diri seseorang, dimana masing-masing memiliki pola yang relatif kekal dan berbeda dalam memersepsikan, memikirkan dan berhubungan dengan lingkungan serta self.
Dua atau lebih dari kepribadian ini secara berulang mengambil kontrol penuh atas perilaku individu itu.
Ada kegagalan untuk mengingat kembali informasi pribadi penting yang terlalu substansial untuk dianggap sebagai mekanisme lupa biasa.
Ganguan ini tidak terjadi akibat efek dari zat psikoaktif atau kondisi medis umum.
  1. B.    Amnesia Disosiatif
Adalah suatu gangguan disosiatif dimana seseorang mengalami kehilangan ingatan tanpa sebab organis yang dapat teridentifikasi. Amnesia disosiatif  adalah tipe yang paling umum dari gangguan disosiatif. Amnesia berasal dari kata Yunani a-, berarti tanpa, dan mnasthai, berarti untuk mengingat. Dalam amnesia disosiatif (dissociative amnesia), sebelumnya disebut amnesia psikogenik, orang menjadi tidak mampu menyebutkan kembali informasi pribadi yang penting, biasanya melibatkan pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang tidak bisa dianggap sebagai lupa biasa. Kehilangan ingatan ini tidak disebabkan oleh penyebab organik tertentu, seperti kerusakan pada otak atau kondisi medis tertentu, dan juga bukan efek langsung dari obat-obatan atau alkanol. Ingatan yang hilang dalam amnesia disosiatif dapat kembali,  meskipun gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari, minggu atau bahkan bertahun-tahun. Mengingat kembali dalam amnesia disosiatif dapat terjadi secara bertahap, tetapi sering kali muncul secara tiba-tiba dan spontan. Kebanyakan kasus dari amnesia disosiatif mengambil bentuk amnesia terlokalisasi dimana peristiwa yang terjadi dalam suatu periode waktu tertentu hilang dari ingatan.
Bentuk lain dari amnesia disosiatif mencakup amnesia selektif dan amnesia menyeluruh. Dalam amnesia selektif, orang lupa hanya pada hal-hal khusus yang mengganggu yang  terdapat dalam suatu periode waktu tertentu. Dalam amnesia menyeluruh, orang melupakan seluruh kehidupannya meliputi siapa dirinya ?, apa pekerjaannya ?, dan dimana tempat tinggalnya ?. Orang dengan amnesia menyeluruh tidak dapat mengingat informasi pribadi, tapi cenderung untuk tetap mempertahankan kebiasaan, selera, dan keterampilan mereka. Orang dengan amnesia selektif biasanya lupa pada peristiwa atau periode kehidupan yang traumatis yang membangkitkan emosi negatif yang kuat seperti ketakutan serta rasa bersalah. Pura-pura mengaku amnesia sebagai suatu cara menghindari tanggung jawab disebut malingering, yang mencakup usaha untuk menirukan simtom terkait atau membuat pengakuan palsu demi keuntungan pribadi.
  1. C.     Fugue Disosiatif
Adalah suatu gangguan disosiatif dimana seseorang tiba-tiba pergi dari lingkupan kehidupannya, melakukan perjalanan kelokasi baru, dengan mengasumsikan identitas baru dan mengalami amnesia untuk hal-hal pribadi. Fugue berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri. Kata fugitive (pelarian/ buronan) memiliki asal kata yang sama fugue sama seperti amnesia dalam pelarian. Dalam fugue disosiatif (dissociative fugue), sebelumnya disebut fugue psikogenik, penderita melakukan perjalanan secara tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya dari rumah atau tempat kerjanya, ia tidak mampu mengingat kembali informasi personal yang sudah-sudah, dan menjadi bingung akan identitasnya atau mengasumsikan identitas yang baru (baik secara sebagian atau secara lengkap). Selain perilaku yang aneh ini, orang tersebut dapat terkesan normal dan tidak menunjukkan tanda-tanda lain dari gangguan mental. Orang tersebut mungkin tidak memikirkan tentang masa lalu, atau mungkin melaporkan masa lalu yang penuh dengan memori yang salah tanpa menyadari bahwa memori itu salah. Hal yang utama disini yaitu bahwa disosiasi dalam tahap fugue melindungi seseorang dari ingatan traumatis atau sumber pengalaman maupun konflik lain yang menyakitkan secara emosi, yang diyakini oleh perspektif psikodinamik sebagai upaya pertahanan ego. Fugue juga sulit dibedakan dari malingering.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar