1. PENDAHULUAN
Ketika berbicara pendidikan maka
kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan. Pendidikan merupakan
aktifitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan
juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya. Manusia belajar dengan
otaknya melalu rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan
yang lebih berarti.
Pendidikan merupakan pilar utama
terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan
sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan
pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan
kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan
untuk menjemput masa depan.
2.
PENGERTIAN FILSAFAT SECARA KESELURUHAN
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat
menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan). Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang
pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada
masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa
pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap
orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun
menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi
pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa
mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan,
melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga
”Filo” artinya cinta dalam arti
seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang
diinginkannya . ”Sofia artinya
kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam. Datangnya hikmah bukan
dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan
kata-kata lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada
disekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan.
3. FILSAFAT
SEBAGAI INDUK ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian
dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari keduanya.Dalam berfilsafat kita didorong untuk
mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan
tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut:
- Plato (427 – 348 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli
- Aristoteles (382 – 322 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika
- Al Kindi (801 – ……m), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia
- Al Farabi (870 – 950 m), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya.
- Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.
Dalam kamus
Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut
1. Teori
atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan,
pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.
2.
Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.
3. Ilmu yang
berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi
4. Falsafah
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia
sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk
sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati
terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya
yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik
dan mana yang dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang
termasuk jelek (estetika).
Kemudian
ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang
mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut
antara lain mencakup:
- Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
- Etika (Filsafat Moral)
- Estetika (Filsafat Seni)
- Metafisika
- Politik (Filsafat Pemerintahan)
- Filsafat Agama
- Filsafat Ilmu
- Filsafat Pendidikan
- Filsafat Hukum
- Filsafat Sejarah
- Filsafat Matematika
Ilmu
tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari
konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut
mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai
induk dari ilmu tersebut.
4. PENDIDIKAN
SEBAGAI CABANG ILMU DARI FILSAFAT
Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan
cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni
melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi
objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus
mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat
pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) Filsafat
Praktek Pendidikan dan (2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
Filsafat Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis
kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan
dan dilaksanakan dalam kehidupan. Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara
konsepsional diartikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan
sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik
kuantitatif maupun kualitatif.
Jika dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya
membahas mengenai 3 (tiga) masalah pokok yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan
itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan (3) dengan cara apa tujuan
pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai
(1) struktur ilmu dan (2) kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan
pengetahuan tentang kenyataan.
Objek dalam
Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu:
- Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu Pendidikan
- Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material Ilmu Pendidikan
- Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan
- Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan
Pendidikan dihadapkan pada perumusan
tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran
filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari
konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran
filosofis.
Dalam
perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri dipengaruhi oleh
pandangan dan konsep yang dikemukan oleh para filosofi..
1. · Plato (428-348 SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif
mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut
‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat
suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada.
Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala
yang ada: kebaikan dan keburukan. Ide merupakan suatu hal yang objektif yang
didalamnya berpusat dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai
ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan
2. · Aristoteles (384 –
348 SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan
bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu
gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang
bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang
pada abad 13 – 14. Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik
kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi,
generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik
dari pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan
induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan
tentang observasi.
5.
ALIRAN-ALIRAN
FILSAFAT PENDIDIKAN
Aliran-aliran yang berkembang saat
ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-teori yang dikemukan oleh para
filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang berkembang saat ini
antara lain:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
memandang
bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang
diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini
memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan
baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke
generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael
Kant, David Hume, Al Ghazali
2.
Filsafat
Pendidikan Realisme
merupakan
filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa
hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme
membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui
di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang
dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran
realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon,
John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
3.
Filsafat
Pendidikan Materialisme
berpandangan
bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau
supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig
Feurbac h
4.
Filsafat
Pendidikan Pragmatisme
dipandang
sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre
Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
5.
Filsafat
Pendidikan Eksistensialisme
memfokuskan
pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn
pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari
keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau
realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard,
Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat
Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat
yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang
didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar
pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat
pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh
dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence
B.Thomas, Frederick C. Neff
7. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat
Pendidikan Esensialisme adalah suatu
filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu
kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa
pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di
antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas
Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
8. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Filsafat
Pendidikan Perenialisme Merupakan
suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme
lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang
pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,
dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio
kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan
tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan
teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins
dan ortimer Adler.
9. Filsafat Pendidikan
rekonstruksionisme
Filsafat
Pendidikan rekonstruksionisme merupakan
kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu
anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori
oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat
baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline
Pratt, George Count, Harold Rugg.
6. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila sebagai sistem filsafat
adalah pengungkapan dan penelaahan dunia fisik dan dunia riil secara sistemik
(menyeluruh) dan sistematis (teratur, tersusun rapi). Pancasila memberi ajaran
tata hidup manusia budaya secara harmonis. Pancasila adalah filsafat
keselarasan. Pancasila sebagai sistem filsafat juga mempunyai ajaran-ajaran
tentang metafisika dan ontologi Pancasila, aksiologi Pancasila dan logika
Pancasila.
Ajaran Metafisika dan
Ontologi Pancasila
Asas-asas metafisika dan ontologi
dalam filsafat Pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut:
Asas monoteisme Merupakan realisasi
dari sila I Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa, Bangsa Indonesia hanya mengakui
satu tuhan saja ialah Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia menganut asas
kemerdekaan untuk memilih dan menganut agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dengan menjunjung toleransi antar pemeluk agama.
Asas makrokosmos-mikrokosmos Asas makrokosmos
merupakan pengakuan kepada realita yang ada, ialah alam semesta ini, dunia
dengan tata suryanya. Alam semesta raya mempunyai hukum-hukum alamnya dan
menjadi sumber daya kehidupan semua makhluk hidup. Manusia sering dipandang
sebagai mikrokosmos sebab pada manusia terdapat sifat-sifat atau unsur-unsur
seperti yang ada pada makrokosmos.
Asas tata ada yang selaras, serasi,
seimbang (harmoni) Bahwa yang ada di dunia merupakan hal yang serba berlawanan
namun tetap dapat berlangsung secara selaras.
Asas tata hidup manusia budaya (asas
kultural/religius) Cipta, rasa dan karsa manusia secara integratif mampu
menciptakan perlengkapan-perlengkapan hidup yang secara keseluruhannya disebut
kebudayaan.
Asas persatuan dan kesatuan Hidup
budaya manusia membentuk kesatuan-kesatuan secara menyeluruh mulai dari tingkat
terbawah yaitu keluarga sampai pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Asas tertib damai, kemerdekaan dan
keadilan Hidup membudaya adalah hidup tertib, teratur dan damai menghindari
pertengkaran dan perselisihan
Asas bhineka tunggal ika Asas ini
memberi makna bahwa hidup budaya manusia menunjukan variasi-variasi, seperti
adanya ras-ras manusia, macam-macam agama dan kebudayaan daerah dan sebagainya.
Asas idealisme, realistis dan
pragmatis Hidup bangsa Indonesia tidak tanpa arah, tetapi mempunyai arah yang
ideal yakni hidup masyarakat yang adil dan makmur.
Epistomologi
Pancasila
Ajaran Pancasila dengan teorinya
selaras, serasi dan seimbang, mengakui kebenaran pengetahuan rasio dan
pengetahuan pengalaman. Baik rasio maupun pengalaman dapat menjadi sumber
pengetahuan. Pengetahuan datang dari intuisi dan juga bersumber pada kebenaran
agama. Logika yang dikembangkan dalam epistomologi Pancasila adalah logika
formal (deduksi), logika induksi, logika ilmiah dan logika intuisi.
Aksiologi
Pancasila
Prinsip-prinsip ajaran nilai atau
aksiologi Pancasila adalah sebagai berikut:
Prinsip nilai religius Prinsip nilai religius
bersumber pada Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa). Agama menjadi
sumber-sumber nilai-nilai kebaikan dan juga kebenaran. Fungsi Pancasila
terhadap agama adalah memberi fasilitas kepada hidup subur dan berkembangnya
agama dan memberi situasi dan kondisi kerukunan dan kedamaian
hidup di antara umat beragama.
Prinsip nilai alami Prinsip nilai
alamia artinya alam semesta sebagai ciptaan Tuhan yang berisi kebaikan-kebaikan
alamiah yang berupa nilai-nilai hukum alam.
Prinsip nilai manusia Prinsip nilai-nilai manusia yakni
bahwa manusia adalah subjek penilai. Dalam mencapai nilai-nilai dalam hidupnya,
maka manusia akan melaksanakan nilai-nilai: (1) nilai-nilai kemanusian; (2)
nilai-nilai persatuan hidup bersama; (3) nilai-nilai kerakyatan atau demokrasi;
(4) nilai-nilai keadilan.
Prinsip relativitas dan kemutlakan nilai Nilai-nilai
hidup budaya manusia ada yang bersifat relatif, terbatas oleh kurun waktu dan
tempat.
7. PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Sebagaimana yang tercantum dalam
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila
dan UUD 1945. Hal tersebut sejalan dengan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978
tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan
dasar negara Indonesia. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut jelaslah
bahwa pancasila adalah Landasan Filosofi Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional merupakan suatu
sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas
landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan
kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya. Sedangkan
Pendidikan Nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan
dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa
dan negara Indonesia guna memperlancar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Sehingga Filsafat pendidikan nasional Indonesia dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa
“Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam
usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Pokok-pokok fikiran Pendidikan Nasional adalah:
1. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dan disebut sistem Pendidikan Pancasila
2. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan agar dapat memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan
3. Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah untuk
mengembangkan warga negara Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat, mengembangkan bangsa Indonesia dan mengembangkan kebudayaan
Indonesia
4. Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah
pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan watak dan kepribadian,
pendidikan bahasa, pendidikan kesegaran jasmani, pendidikan kesenian,
pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan kesadaran bersejarah.
5. Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia
adalah asas semesta, asas pendidikan seumur hidup, asas tanggung jawab bersama,
asas pendidikan, asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional dan
wawasan nasional, asas Bhineka Tunggal Ika, Asas keselarasan, keseimbangan dan
keserasian, asas manfaat adil dan merata.
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan cabang dari
filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan
filsafat khusus atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Pendidikan bertujuan menyiapkan
pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai
tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan
dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan
Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
(1) Filsafat Praktek Pendidikan dan
(2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai
3 (tiga) masalah pokok yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah
tujuan pendidikan itu sebenarnya dan (3) dengan cara apa tujuan pendidikan
dapat dicapai
Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai :
(1) struktur ilmu dan
(2) kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan
pengetahuan tentang kenyataan.
Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan
dalam 4 (empat) macam yaitu:
1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang
hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang
hakikat objek formal dan material Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang
hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan
4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang
hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan
Filsafat Pancasila yang muncul pada masa
kemerdekaan tahun 1945 dicetuskan oleh tokoh-tokoh perjuangan bangsa. Sebagai
sebuah filsafat pendidikan, Pancasila mengandung pemahaman nilai mengenai
metafisika dan ontologi, epistomologi dan aksiologi sebagai mana yang
terkandung dalam filsafat pendidikan. Kedudukan Pancasila sebagai filsafat
Pendidikan Indonesia diperkuat dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
tahun 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar