Laman

Minggu, 01 Maret 2015

ASPEK PERKEMBANGAN ANAK



ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Pada dasarnya, child-rearing bertujuan untuk menghantarkan anak untuk siap memasuki tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa child-rearing perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Perkembangan anak menurut Santrock (2007) terbagi atas 3 dimensi yakni perkembangan motorik, kognitif dan sosioemosional. Penjabaran lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1.      Perkembangan Aspek Motorik
Aspek motorik terbagi atas perkembangan aspek motorik kasar dan halus. Menurut Poest & others (dalam Santrock, 2007) keterampilan motorik kasar berkembang ketika anak mulai belajar untuk mampu menggerakkan kaki dengan lebih percaya diri ke tujuan lebih khusus, proses bergerak ke sekitar ke dalam lingkungan menjadi lebih otomatis. Sedangkan motorik halus berkembang ketika anak mulai belajar untuk menggenggam benda-benda dengan jarijarinya serta aktivitas motorik lainnya yang membutuhkan ketelitian. Keduanya dibutuhkan untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara keseluruhan.
2.      Perkembangan Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif anak menurut Piaget adalah sebuah proses yang dimulai dari bayi yang autistic, bukan dalam istilah klinis tetapi diartikan menjadi “lebih fokus”, kemudian mengarah pada individu yang sosial atau bisa berpisah dari orang lain. Menurut Piaget, terdapat 4 tahap perkembangan kognitif yaitu tahap sensori-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal (Santrock, 2007). Prinsip perkembangan kognitif menurut Piaget yakni asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan (equilibration). Asimilasi terjadi saat anak menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki. Akomodasi terjadi saat anak menyesuaikan pengetahua  mereka agar cocok dengan informasi dan pengalaman baru (Santrock, 2007).
3.       Perkembangan Aspek Sosioemosional
Interaksi sosial pertama yang dialami manusia terjadi di dalam keluarga. Pengasuh, biasanya ibu, menjadi sosok pertama yang menjalin interaksi dengan bayi. Hubungan antara pengasuh dan bayi akan meningkatkan kemandirian dan perasaan emosi yang mendalam. Attachment atau kelekatan biasanya merupakan hubungan timbal balik antara pengasuh dan bayi (Liebert, 1977).
Menurut Swick dan Manning (dalam Santrock 2007), ibu dan ayah pun memainkan peran yang penting dalam perkembangan sikap-sikap positif anak kecil terhadap pembelajaran dan pendidikan. Menurutnya, peranan ibu meliputi komunikasi yang baik dengan anak, relasi yang hangat dengan anak, harapan-harapan positif untuk berprestasi, penerapan disiplin berdasarkan peraturan bukan kekuasaan serta ketidakyakinan bahwa keberhasilan di sekolah didasarkan atas faktor keberuntungan. Di sisi lain, keterlibatan ayah terhadap pengasuhan anak juga dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap sekolah dan pembelajaran.
Selain itu, Erikson (dalam Boeree, 2006) dalam tahapan perkembangan psikososial menyatakan ada empat tingkat perkembangan anak yaitu :
1.      Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan.
2.      Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar, banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini dapat membuat anak merasa malu.
3.      Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, 25 pertanyaan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
4.      Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri. Menurut Swick dan Manning (dalam Santrock 2007), ibu dan ayah pun memainkan peran yang penting dalam perkembangan sikap-sikap positif anak kecil terhadap pembelajaran dan pendidikan. Menurutnya, peranan ibu yang perlu ditingkatkan meliputi komunikasi yang baik dengan anak, relasi yang hangat dengan anak, harapan-harapan positif untuk berprestasi, penerapan disiplin berdasarkan peraturan bukan kekuasaan serta ketidakyakinan bahwa keberhasilan di sekolah didasarkan atas faktor kebetulan semata. Di sisi lain, keterlibatan ayah terhadap pengasuhan anak juga dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap sekolah dan pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar