ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Pada
dasarnya, child-rearing bertujuan untuk menghantarkan anak untuk siap memasuki
tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa child-rearing perlu
disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Perkembangan anak menurut Santrock
(2007) terbagi atas 3 dimensi yakni perkembangan motorik, kognitif dan
sosioemosional. Penjabaran lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan
Aspek Motorik
Aspek
motorik terbagi atas perkembangan aspek motorik kasar dan halus. Menurut Poest
& others (dalam Santrock, 2007) keterampilan motorik kasar berkembang
ketika anak mulai belajar untuk mampu menggerakkan kaki dengan lebih percaya
diri ke tujuan lebih khusus, proses bergerak ke sekitar ke dalam lingkungan
menjadi lebih otomatis. Sedangkan motorik halus berkembang ketika anak mulai
belajar untuk menggenggam benda-benda dengan jarijarinya serta aktivitas motorik
lainnya yang membutuhkan ketelitian. Keduanya dibutuhkan untuk mengoptimalkan
perkembangan anak secara keseluruhan.
2. Perkembangan
Aspek Kognitif
Perkembangan
kognitif anak menurut Piaget adalah sebuah proses yang dimulai dari bayi yang
autistic, bukan dalam istilah klinis tetapi diartikan menjadi “lebih fokus”,
kemudian mengarah pada individu yang sosial atau bisa berpisah dari orang lain.
Menurut Piaget, terdapat 4 tahap perkembangan kognitif yaitu tahap
sensori-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal
(Santrock, 2007). Prinsip perkembangan kognitif menurut Piaget yakni asimilasi,
akomodasi, dan keseimbangan (equilibration). Asimilasi terjadi saat anak
menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki. Akomodasi
terjadi saat anak menyesuaikan pengetahua mereka agar cocok dengan informasi dan
pengalaman baru (Santrock, 2007).
3. Perkembangan Aspek Sosioemosional
Interaksi
sosial pertama yang dialami manusia terjadi di dalam keluarga. Pengasuh,
biasanya ibu, menjadi sosok pertama yang menjalin interaksi dengan bayi.
Hubungan antara pengasuh dan bayi akan meningkatkan kemandirian dan perasaan
emosi yang mendalam. Attachment atau kelekatan biasanya merupakan hubungan
timbal balik antara pengasuh dan bayi (Liebert, 1977).
Menurut
Swick dan Manning (dalam Santrock 2007), ibu dan ayah pun memainkan peran yang
penting dalam perkembangan sikap-sikap positif anak kecil terhadap pembelajaran
dan pendidikan. Menurutnya, peranan ibu meliputi komunikasi yang baik dengan
anak, relasi yang hangat dengan anak, harapan-harapan positif untuk
berprestasi, penerapan disiplin berdasarkan peraturan bukan kekuasaan serta
ketidakyakinan bahwa keberhasilan di sekolah didasarkan atas faktor
keberuntungan. Di sisi lain, keterlibatan ayah terhadap pengasuhan anak juga
dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap sekolah dan pembelajaran.
Selain
itu, Erikson (dalam Boeree, 2006) dalam tahapan perkembangan psikososial
menyatakan ada empat tingkat perkembangan anak yaitu :
1. Usia
anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang
yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust"
pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya akan menimbulkan
"mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan.
2. Usia
2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan
untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya
sendiri dengan bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan
mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar,
banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini dapat
membuat anak merasa malu.
3. Usia
4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi
dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan
orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk
berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, 25 pertanyaan anak
disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
4. Usia
6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai
"anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka
akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas
yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri. Menurut Swick dan Manning
(dalam Santrock 2007), ibu dan ayah pun memainkan peran yang penting dalam
perkembangan sikap-sikap positif anak kecil terhadap pembelajaran dan
pendidikan. Menurutnya, peranan ibu yang perlu ditingkatkan meliputi komunikasi
yang baik dengan anak, relasi yang hangat dengan anak, harapan-harapan positif
untuk berprestasi, penerapan disiplin berdasarkan peraturan bukan kekuasaan
serta ketidakyakinan bahwa keberhasilan di sekolah didasarkan atas faktor
kebetulan semata. Di sisi lain, keterlibatan ayah terhadap pengasuhan anak juga
dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap sekolah dan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar