Laman

Rabu, 04 Maret 2015

GANGGUAN MAKAN, OBESITAS, DAN GANGGUAN TIDUR



GANGGUAN MAKAN, OBESITAS, DAN GANGGUAN TIDUR
Gangguan Makan
Gangguan Makan (Eating Disorder) adalah gangguan psikologis yang memiliki karakteristik pola makan yang terganggu dan cara yang maladaptif dalam mengontrol berat badan. Anorexia dan bulimia termasuk gangguan makan. Gangguan ini sering disertai berbagai bentuk psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan penyalahgunaan zat. Mayoritas kasus pada wanita. Gangguan ini umumnya mulai muncul pada masa remaja dan dewasa awal ketika tuntutan untuk menjadi kurus sangat kuat. Kira-kira 0,5% (1 : 200) wanita di lingkungan kita mengidap anorexia nervosa (APA, 2000). Tingkat prevalensi penderita bulimia nervosa di kalangan wanita diperkirakan berkisar antara 1% dan 3%. Anorexia dan bulimia pada pria sekitar sepersepuluh jumlah wanita. Berikut adalah jenis-jenis gangguan makan :
Anorexia Nervosa
Anorexia nervosa adalah suatu gangguan makan yang ditandai oleh adanya usaha untuk mempertahankan berat badan di bawah standar normal, citra tubuh yang terdistorsi, ketakutan yang mendalam akan bertambahnya berat badan, dan pada wanita, amenorrhea. Gangguan ini berkembang antara usia 12 dan 18 tahun. Setelah menarche wanita mulai sadar akan pertambahan berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Wanita anoreksik mencoba diet yang ekstrem, serta sering kali melakukan latihan fisik secara berlebihan. Usaha ini menjadi lebih giat lagi setelah penurunan berat badan yang diinginkan tercapai. Meskipun individu anoreksik secara sengaja membuat diri mereka lapar, mereka akan menghabiskan hari-hari mereka dengan berpikir dan membicarakan makanan, dan bahkan mempersiapkan makanan untuk orang lain. Berikut adalah karakteristik diagnostik untuk anorexia nervosa :
Menolak untuk mempertahankan berat badan minimal yang normal sesuai usia dan tinggi seseorang.
Ketakutan yang kuat terhadap pertambahan berat badan atau menjadi gemuk, meskipun tubuhnya kurus.
Citra tubuh yang terdistorsi di mana tubuh seseorang dipandang sangat gemuk, walaupun orang lain memandang orang tersebut kurus.
Dalam kasus wanita yang telah mengalami menstruasi, terjadi ketidakhadiran tiga atau lebih periode menstruasi.
Berikut adalah sub tipe dari gangguan Anoreksia Nervosa :
1)      Tipe Makan Berlebihan
Ditandai oleh episode yang sering dari makan berlebihan dan memuntahkannya. Cenderung memiliki masalah yang berhubungan dengan kontrol impuls, di mana peningkatan episode makan berlebih mungkin melibatkan penyalahgunaan zat atau mencuri. Mereka cenderung untuk berganti-ganti antara periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif.
2)      Tipe Menahan
Tidak ditandai dengan memuntahkan makanan. Individu dengan anorexia tipe ini cenderung secara kaku bahkan obsesif mengontrol diet dan penampilan mereka. Berkurangnya berat tubuh sebesar 35 % dapat menimbulkan anemia. Wanita anorexia biasanya juga memiliki masalah kulit seperti kulit kering, kulit pecah, rambut lepek, perubahan warna menjadi kekuningan. Komplikasi kardiovaskular melibatkan gangguan hati, hopotensi, dan pusing saat berdiri, terkadang menyebabkan pingsan. Menurunnya proses pencernaan menyebabkan masalah gastrointestinal seperti konstipasi, sakit pada perut, dan obstruksi atau kelumpuhan dari bowel atau intestines. Otot melemah dan pertumbuhan yang tidak normal pada tulang menyebabkan tinggi tubuh yang berkurang dan osteoporosis. Angka kematian pada anorexia diperkirakan antara 5 – 8 % dalam periode 10 tahun, dengan kebanyakan kematian disebabkan oleh bunuh diri atau komplikasi medis yang dihubungkan dengan penurunan berat badan yang parah.
Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa adalah gangguan makan yang memiliki karakteristik episode yang berulang untuk menelan makanan dalam jumlah besar, diikuti dengan penggunaan cara-cara yang tidak tepat untuk mencegah pertambahan berat badan. Seperti mengeluarkan makanan dengan memaksa diri untuk memuntahkannya menggunakan obat pencahar, diuretics, atau enemas, berpuasa atau latihan fisik yang berlebihan. Individu yang bulimia biasanya memiliki berat badan normal, namun mereka memiliki perhatian berlebih mengenai bentuk tubuh dan berat badan. Usia rata-rata terjadinya bulimia adalah remaja akhir. Komplikasi medis dari bulimia adalah iritasi pada kulit sekitar mulut, terhambatnya air liur, peluruhan enamel gigi, dan karang gigi, rusaknya reseptor pada lidah, sakit pada perut, hiatal hernia, pankreatitis, gangguan menstruasi, dan lain-lain.
Penyebab anorexia dan bulimia nervosa
Faktor Sosiokultural
Menitikberatkan pada tekanan sosial dan harapan dari masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangan gangguan makan. Tekanan untuk mencapai standar kurus yang tidak realistis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran wanita dalam masyarakat, dapat menyebabkan wanita muda menjadi tidak puas dengan tubuh mereka sendiri. Model sosiokultural didukung dengan adanya bukti yang menunjukkan bahwa gangguan makan tidak lebih umum, bahkan jarang terjadi, di negara-negara non barat.
Faktor Psikososial
Faktor yang paling sering dihubungkan dengan bulimia adalah setidaknya ada riwayat diet yang kaku. Diet yang kaku ini dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik. Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan usah-usaha yang maladaptif untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan. Faktor kognitif berperan dalam pembentukan sikap yang perfeksionis pada wanita anorexia, sehingga mereka berjuang mencapai prestasi yang tinggi. Wanita bulimik cenderung memiliki tipe kognitif disfungsional yang dapat menghasilkan keyakinan berlebihan mengenai konsekuensi negatif dari pertambahan berat badan.
Faktor Keluarga
Gangguan makan sering kali berkembang dari adanya konflik dalam keluarga. Beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah. Keluarga dari individu dengan gangguan makan cenderung lebih sering mengalami konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan, namun lebih bersikap overprotektif dan kritis. Orangtua kuran gmampu membangkitkan kemandirian dalam diri anak mereka. Dari perspektif sistem, keluarga adalah sistem yang dikelola sedemikian rupa sehingga meminimalkan ekspresi terbuka dari konflik dan mengurangi kebutuhan segera untuk perubahan nyata. Individu anoreksik dipandang sebagai penolong untuk mempertahankan keseimbangan dan harmoni yang muncul dalam keluarga disfungsional dengan mengalihkan perhatian atas konflik keluarga dan tekanan pernikahan ke dalam diri mereka.
Faktor Biologis
Para ilmuwan menduga bahwa terdapat ketidaknormalan dalam mekanisme otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada penderita bulimia, kemungkinan besar terkait dengan serotonin kimiawi otak yang berperan dalam pengaturan mood dan nafsu makan. Gangguan makan cenderung menurun dalam keluarga, yang terkait dengan komponen genetis. Dalam pandangan model diatesis-stres, diduga predisposisi genetis yang melibatkan disfungsi aktivitas neurotransmiter berinteraksi dengan faktor keluarga, sosial, budaya, dan tekanan lingkungan dalam menyebabkan berkembangnya gangguan makan.
Penanganan anorexia dan bulimia nervosa
Penderita dapat dirawat di rumah sakit, ditempatkan dalam ruangan dengan pengawasan terus-menerus. Terapi perilaku juga bisa digunakan, dengan sasaran membuat penderita mematuhi aturan dari jadwal makan. Biasanya penguatan yang digunakan mencakup tempat istimewa dan kesempatan sosial. Terapi Psikodinamika terkadang dikombinasikan dengan terapi perilaku untuk menggali lebih dalam konflik psikologis yang ada. Terapi Keluarga juga dapat digunakan untuk membantu mengatasi konflik keluarga yang mendasari. Terapi Kognitif-Behavioral (CBT) berguna dalam membantu penderita bulimia untuk mengatasi pikiran dan keyakinan yang self-defeating, seperti pemikiran yang tidak realistis dan perfeksionis mengenai diet dan berat badan. Untuk menghilangkan kebiasaan memaksa diri memuntahkan makanan, terapis dapat menggunakan teknik pemaparan terhadap pencegahan respons yang dikembangkan untuk penanganan gangguan obsesif-kompulsif. Terapi interpersonal menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa fungsi interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan kebiasaan dan sikap makan yang lebih sehat. Obat antidepresan juga memberikan manfaat terapeutik dalam menangani bulimia.
Gangguan makan berlebihan         
Binge-eating disorder (BED)  menunjukkan pola makan secara berlebihan berulang kali  tetapi tidak mengeluarkan makanan tersebut sesudahnya. Makan berlebihan ini setidaknya terjadi 2 hari dalam seminggu selama 3 bulan. BED lebih umum ditemukan di antara individu yang mengalami obesitas. BED mempengaruhi 2% dari populasi. Sering kali diasosiasikan dengan depresi dan usaha yang gagal dalam menurunkan berat badan. Orang BED cendrung berusia lebih tua daripada penderita anoreksia dan bulimia, dan lebih banyak ditemukan pada wanita. Teknik kognitif-behavioral telah menunjukkan efek positif dalam menangani BED.
Obesitas
Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan lemak tubuh, biasanya ditentiukan oleh IMT di atas 30. Dihitung dengan membagi berat badan (dalam kg) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Sekitar 1 dari 3 anak-anak mengalami obesitas. Obesitas digolongkan sebagai gangguan medis kronis, bukan gangguan psikologis. Obesitas juga merupakan faktor resiko terbesar untuk penyakit kronis yang secara potensial membahayakan jiwa seperti sakit jantung, diabetes, dan beberapa bentuk dari kanker. Obesitas melibatkan faktor psikologis pada perkembangan dan penangannya. Adapun penyebab obesitas yaitu :
Faktor Genetis
Faktor genetis dan lingkungan sama-berpengaruh pada obesitas
Faktor metabolisme
Ketika kita kehilangan berat badan, terutama dalam jumlah yang signifikan, tubuh bereaksi seakan-akan kelaparan. Tubuh merespons penurunan berat badan dengan memperlambat tingkat metabolisme. Hal ini mempersulit penurunan berat badan lebih lanjut atau sekedar mempertahankan penurunan berat badan.
Sel Lemak
Orang-orang obesitas memiliki lebih banyak sel lemak. Orang yang memiliki lebih banyak jaringan lemak mengirimkan lebih banyak sinyal pengosongan lemak keotak, sehingga mereka lebih cepat merasa membutuhkan makanan.
Faktor Pola Hidup
Orang-orang obesitas biasanya secara fisik kurang aktif. Mereka menetapkan pola makan tinggi lemak dan makan dalam porsi besar.
Faktor Psikologis
Teoretikus psikodinamika yakin bahwa orang-orang yang pada tahap oral terfiksasi oleh konflik ketergantungan dan kemandirian, cenderung akan mengatasi stress dengan aktivitas oral yang berlebihan seperti makan berlebihan. Rendahnya self-esteem, kurangnya self-efficacy, konflik keluarga, dan emosi negatif juga merupakan mempengaruhi obesitas.
Faktor Sosio-ekonomi
Obesitas lebih umum terjadi di kalangan orang-orang dari tingkat sosio-ekonomi rendah.
Akulturasi
Meskipun akulturasi dapat menolong orang-orang imigran untuk beradaptasi dengan baik dalam budaya baru, hal ini juga dapat menjatuhkan jika melibatkan penerapan diet yang tidak sehat dari budaya baru ini.
Faktor Metabolisme
Faktor bilogis, seperti perbedaan genetis dalam tingkat metabolisme, juga dapat berperan dalam memunculkan obesitas. Persoalan dengan terapi obat adalah manajemen pengaturan berat badan untuk jangka panjang melibatkan perubahan gaya hidup dalam pola makan dan olahraga. Orang-orang obesitas dapat mengontrol berat badan mereka dalam batas-batas tertentu dengan melakukan diet yang tepat, meningkatkan level aktivitas dan olahraga, serta melakukan perubahan kebiasaan makan. Program modifikasi perilaku berfokus pada membantu individu mengubah kebiasaan makan yang salah dengan mengubah anteseden dari makan dengan melibatkan pengubahan lingkungan sehingga orang tidak terus-menerus menerima isyarat yang berhubungan dengan makanan, perilaku makan itu sendiri, dan konsekuensi dari makan berlebihan. Orang obesitas memerlukan komitmen jangka panjang untuk mengikuti diet yang tepat dan olahraga yang teratur.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur merupakan masalah yang berhubungan dengan tidur yang berulang kali dan terus ada yang menyebabkan distress atau hendaya untuk berfungsi dengan baik. Orang dengan gangguan tidur biasanya menghabiskan beberapa malam di pusat tidur, di mana mereka dihubungkan dengan kabel kealat-alat yang mencatat respons fisiologis mereka selama tidur atau berusaha untuk tidur, tingkat jantung dan pernafasan, dan seterusnya. Evaluasi ini disebut pencatatan polisomnografik (PSG). DSM mengelompokkan gangguan tidur dalam 2 kategori utama, yaitu :
Dissomnia
Adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik terganggunya jumlah, kualitas, atau waktu tidur. Lima tipe khusus disomnia yaitu :
a)      Insomnia
Insomnia ditandai dengan kesulitan untuk tertidur, tetap tidur, atau mencapai tidur yang restoratif. Insomnia yang tidak normal adalah insomnia yang terus ada dan memiliki karakteristik kesulitan berulang-ulang untuk tidur atau tetap tidur. Insomnia primer merupakan insomnia kronis dalam jangka waktu sebulan atau lebih yang tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau psikologis, atau oleh efek obat atau pengobatan.
b)      Hipersomnia
Yaitu sebuah pola munculnya rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Hipersomnia primer merupakan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari yang berlangsung sampai sebulan atau lebih. Dapat berbentuk kesulitan untuk bangun setelah periode tidur yang panjang, atau ada episode tidur siang yang muncul setiap hari dalam bentuk yang diharapkan ataupun tidak.
c)       Narkolepsi
Merupakan gangguan tidur yang memiliki ciri episode tidur yang tidak dapat dielakkan dan terjadi secara tiba-tiba. Diagnosis diberikan ketika serangan tidur muncul setiap hari selama periode 3 bulan atau lebih dan dikombinasikan dengan kehadiran salah satu atau kedua kondisi berikut :
  • Cataplexy (kehilangan kontrol secara mendadak), biasanya disebabkan oleh reaksi emosional yang kuat;
  • Gangguan tidur REM dalam tahap transisi antara sadar dan tidur;
  • Gngguan tidur yang terkait dengan pernapasan yaitu terganggunya tidur secara berulang kali karena kesulitan bernapas;
  • Gangguan tidur sirkadia; terganggunya siklus tidur-bangun internal karena perubahan waktu pada pola tidur.
Parasomnia
Gangguan yang terjadi baik saat tidur maupun saat ambang batas antara tidur dan terjaga.
a)      Gangguan Mimpi Buruk
Berulang kali terbangun karena mengalami mimpi buruk.
b)      Gangguan Teror Dalam Tidur
Berulang kali mengalami terror saat tidur yang menyebabkan terjaga secara tiba-tiba.
c)       Gangguan Berjalan Sambil Tidur
Berulang kali mengalami episode berjalan sambil tidur.
Penanganan yang disarankan untuk menangani masalah gangguan tidur, adalah sebagai berikut :
Pendekatan Biologis
Terapi obat dapat digunakan untuk penyembuhan jangka pendek bagi insomnia dan untuk mengatasi gangguan tidur lelap, narkolepsi, dan tidur apnea. Pembedahan atau alat bantu mekanik dapat digunakan untuk membuka jalan udara pada pasien apnea.
Pendekatan Psikologis
Terapi Kognitif-Behavioral membantu seseorang untuk mengubah kebiasaan tidur yang tidak sehat. CBT dapat digunakan untuk mengubah kebiasaan tidur yang maladaptif dan pemikiran atau keyakinan yang disfungsional mengenai tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar