PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Seks merupakan energi psikhis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak Cuma bertingkah laku di bidang seks saja, yaitu melakukan relasi seksual atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan non seksual. Sebagai energi psikhis, seks merupakan motivasi atau dorongan untuk berbuat atau bertingkah laku. Laki-laki dan wanita dewasa ialah mereka yang nantinya mampu melakukan relasi seksual yang adekwat.
Dengan kata-kata lain, wanita itu disebut normal dan dewasa, bila dia mampu mengadakan relasi seksual dengan seorang pria dalam bentuk yang normal dan bertanggung jawab. Dan sebaliknya, seorang pria disebut normal, bila mampu mengadakan relasi seksual dengan wanita yang sehat sifatnya. Sedangkan, bentuk relasi seks yang abnormal dan perverse (buruk, jahat) adalah relasi seks yang tidak bertanggung jawab, didorong oleh kompulsi-kompulsi dan dorongan-dorongan yang abnormal. Diantara relasi seks abnormal adalah gangguan identitas gender, parafilia, dan disfungsi seksual.
- Rumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud dengan gangguan identitas gender?
- Apakah yang dimaksud dengan gangguan parafilia?
- Apakah yang dimaksud dengan gangguan disfusngsi sosial?
- Tujuan Penulisan
- Mengetahui semua hal tentang gangguan identitas gender.
- Mengetahui semua hal tentang gangguan identitas gender.
- Mengetahui semua hal tentang gangguan identitas gender.
- Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gangguan Identitas Gender
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Umum Gangguan Identitas Gender
Gender adalah konsep psikologis yang menunjukkan pada derajat maskulinitas dan feminitas pada diri seseorang. Pria normal adalah maskulin dan wanita yang normal adalah feminine. Identitas gender adalah perasaan menjadi bagian dari jenis kelamin tertentu dan bukan jenis kelamin yang lin. Misalnya laki-laki (maskulin); seorang wanita mempersepsikan dirinya wanita (feminin) ; namun ada pula seorang wanita yang menganggap dirinya adalah laki-laki (maskulin). Peran gender (gender role) menunjuk pada tingkah laku social sesuai dengan identitas gendernya. Jadi gangguan identitas gender adalah gangguan pengalaman atau persepsi individu terhadap peran gendernya ; sedangkan peran gender merupakan ekspresi dari identitas gender seseorang kepada masyarakat.
Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan identitas gender / transseksualisme dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (1993) yaitu :
- Memiliki hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya.
- Memiliki perasaan tidak enak atau tidak sesuai dengan anatomi seksualnya.
- Menginginkan untuk memperoleh terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.
- Identifikasi yang kuat dan persisten terhadap gender lainnya: adanya ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lain, preferensi untuk menggunakan pakaian gender lain, adanya fantasi yang terus menerus mengenai menjadi lawan jenis, bermain dengan lawan jenis,
- Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus menerus, biasa muncul pada anak-anak dimana anak laki-laki mengutarakan bahwa alat genitalnya menjijikkan, menolak permainan laki-laki, sedangkan pada perempuan adanya keinginan untuk tidak menumbuhkan buah dada, memaksa buang air kecil sambil berdiri.
- Penanganannya sama seperti menangani gangguan seksual
Penyimpangan seksual tidak hanya bersangkutan dengan kepuasan seksual atau pemuasan dorongan seksual semata, akan tetapi sering kali merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap perasaan-perasaan tidak senang, ketakutan-ketakutan, kecemasan-kecemasan, dan rasa depresi yang dialami oleh seseorang.
- Faktor Biologis
- Faktor Sosial dan Psikologis
2.1.3 Jenis – Jenis Gangguan Identitas Gender
2.1.3.1 Laki-laki
Laki-laki di sini dijelaskan bahwa memiliki kelainan pada umumnya, dapat dilihat dari perilaku, tutur kata, cara bersosialisasi, dan cara berpakaiannya. Perilaku feminin ini sangat tampak dengan karakterstik gangguan identitas gender pada laki-laki. Biasanya gangguan ini juga dapat berdampak terhadap suka pada sesama jenis, sebut saja ‘gay’.
2.1.3.2 Perempuan
Perempuan di sini dijelaskan bahwa memiliki kelainan pada umumnya, dapat dilihat dari perilaku, tutur kata, cara bersosialisasi, dan cara berpakaiannya. Perilaku feminin ini sangat tampak dengan karakterstik gangguan identitas gender pada perempuan. Biasanya gangguan ini juga dapat berdampak terhadap suka pada sesama jenis, sebut saja ‘lesbian’.
2.1.4 Penanganan Gangguan Identitas Gender
- Body Alterations
Keuntungan operasi perubahan kelamin telah banyak diperdebatkan selama bertahun-tahun. Di satu sisi, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada keuntungan sosial yang bisa didapatkan dari operasi tersebut. Namun penelitian lain menyatakan bahwa pada umumnya transeksual tidak menyesal telah menjalani operasi, serta mendapat keuntungan lain seperti kepuasan seksual yan lebih tinggi.
- Ganti kelamin
Memastikan kemantapan dalam mengambil keputusan. Jika terdapat delusi paranoid dalam memutuskan mengganti kelamin, maka ahli bedah harus menolak permintaanya.
Orang yang ingin merubah dari pria menjadi wanita, estrogennya ditingkatkan untuk menumbuhkan karakteristik alat kelamin sekunder wanita. Sedangkan pada wanita yang ingin menjadi pria, hormon androgennya ditingkatkan untuk mengembangkan karakteristik alat kelamin sekunder pria.
Sebelum operasi diwajibkan hidup selama satu tahun sebagai orang dari gender lawan jenisnya untuk memprediksi penyesuaian setelah operasi. Untuk orang yan mengganti kelamin dari pria menjadi wanita, penis dan testis dibuang. Kemudian jaringan dari penis digunakan untuk membuat vagina buatan. Jika dari wanita menjadi pria, ahli bedah membuang organ kelamin internal dan meratakan payudaranya dengan membuang jaringan lemak.
- Pengubahan Identitas Gender
2.2 Parafilia
2.2.1 Pengertian dan Karakteristik Umum Parafilia
Parafilia merupakan suatu gangguan dimana terdapat perilaku atau fantasi yang hebat dan sering untuk membangkitkan gairah seksual, yang melibatkan benda mati, anak – anak, atau orang yang tidak menginginkanya, atau tindakan tersebut menyebabkan penderitaan atau merendahkan dirinya sendiri atau seseorang.
Kaplan (2002) mengatakan parafilia adalah gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang khusus dan desakan serta praktek seksual yang kuat, biasanya berulang kali dan menakutkan. Parafilia mengacu pada sekelompok gangguan yang melibatkan ketertarikan seksual terhadap obyek yang tidak biasa atau aktifitas seksual yang tidak biasa (Davidson dan Neale dalam Fausiah, 2003).
c.Ciri (Nevid, 2002) :
Orang akan menunjukkan keterangsangan seksual sebagai respon yang tidak biasa. Menurut DSM IV parafilia melibatkan dorongan dan fantasi seksual yang berulang dan kuat, bertahan selama enam bulan yang berpusat pada objek, perasaan merendahkan atau menyakiti diri atau pasangannya, atau anak-anak dan orang lain yang tidak dapat atau tidak mampu memberikan persetujuan.
Mereka yang menderita gangguan ini memiliki ciri-ciri memiliki hasrat seksual yang menggebu-gebu dan kuat, fantasi-fantasi seksual, atau menampilkan berbagai tingkah-laku yang melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tak lazim dan menyebabkan stres negatif serta melemahnya fungsi-fungsi sosial, aktivitas kerja dan fungsi-fungsi penting lainnya.
Gangguan paraphilia ditandai oleh empat langkah yang membentuk daur: (1) preokupasi atau ketertarikan dan perhatian pada objek atau adegan seksual yang intensif dan terus-menerus; (2) ritualisasi dalam bentuk melakukan perilaku-perilaku tertentu yang berkaitan dengan aktivitas seksual; (3) Tingkah-laku kompulsif yang terwujud dalam bentu berulangnya perilaku seksual menyimpang; dan (4) perasan sedih, murung, hampa, menderita dan depresi yang kemudian mengarahkannya kembali pada perilaku seksual menyimpang sebagai upaya untuk menghilangkan perasan-perasan negatif yang ditanggungnya.
2.2.2 Faktor Penyebab Parafilia
Faktor penyebab langsung terbentuknya penyimpangan seksual paraphilia tidak diketahui secara pasti, beberapa dugaan kemunculan gangguan ini;
- Pengalaman pelecehan dan kekerasan seksual dimasa kanak-kanak.
- Keterdekatan dengan situasi atau objek tertentu secara berulang kali dengan aktivitas seksual
- Hambatan perkembangan dan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan beda jenis
- Kecanduan pornografi, beberapa tayangan nyeleneh (aneh) akan memberikan daya tarik seperti magnet yang dapat mempengaruhi psikologis ketergantungan
- Pengaruh dari pasangan seksual
- Pelampiasan stress yang tidak tepat sehingga menimbulkan kebiasaan dan pengulangan secara terus-menerus.
- Rasa ingin mencoba yang diakibat penyampaian informasi atau persepsi yang salah
- PEDOFILIA (Pedophilia)
Hampir semua penderita gangguan ini adalah pria, penyimpangan seksualnya mencangkup aktivitas melihat, anak sambil melakukan masturbasi, menjabah bagian tubuh anak termasuk di bagian alat kemaluan, menyuruh anak memanipulasi alat kelamin penderita dan bahkan melakukan hubungan seks dengan anak.
Umumnya penderita pedofilia adalah orang yang takut gagal dalam hubungan seks secara normal terutama menyangkut hubungan seks dengan wanita berpengalaman, akibatnya dia mengalihkannya pada anak – anak karena kepolosan anak tidak akan mengancam harga dirinya dan di samping itu saat masa kanak – kanak, penderita meniru perilaku seks dari model atau contoh yang buruk.
- EKSIBIONISME
Hampir semua penderitaa eksibionisme adalah pria dan korbanya adalah wanita (dewasa dan anak – anak). Para ahli mengatakan penderita eksibionisme biasanya mengalami hubungan yang buruk dengan pasangan seksnya, mereka tidak percaya diri dalam hal seksual dan biasanya tidak matang dalam perannya sebagai pria meski demikian mereka mempunyai dorongan seks dan ingin di anggap oleh wanita. Ketidakpastian dan dorongan seks yang tidak terpuaskan tersebut membuat penderita ingin mengejutkan wanita guna menunjukan power seksnya yang tidak bisa di ekspresikan secara normal. Dampak dari pemer penis inilah yang merupakan inti perbuatannya, reaksi terkejut, takut, malu dan jijik dari korban dianggap merupakan pujian bagi kejantanannya.
- VOYEURISME (Voyeurism)
Menurut psikodinamika modern, voyeurisme di dorong oleh ketakutan terhadap kemampuan dalam hubungan dengan wanita, perilaku mengintip di anggap lebih aman di bandingkan melakukan hubungan seks, mengintip dapat memuaskan rasa ingin tahu tanpa resiko penolakan atau turunnya harga diri, ia juga membantu mengkompensasi yang rendah diri dari pengalaman masa kanak – kanak dan remaja terhadap wanita.
Umumnya penderita berasal dari keluarga yang puritan terhadap masalah seks, ini membuat penderita sangat malu sehingga menghambat melakukan seks secara normal. Rasa malu memperkuat prilakunya untuk mengintip, Jadi hanya dengan mengintip atau melihat penderita bisa mencapai orgasme atau kepuasan seks karena penderita merasa tidak terancam.
- SADISME SEKSUAL (Sexual Sadism)
Gangguan ini biasanya di derita pria, psikoanalisa memandang gangguan ini sebagai cara untuk menurunkan kecemasan dalam mencari kepuasan seksual pada masa kanak-kanak. Mekanisme pertahanan yang bekerja secara tidak di sadari ini yang mengarah pad aide yang lebih sadis.
- MASOKHISME SEKSUAL (sexual Masochism)
- FETISISME (Fetishim)
Benda-benda ini di gunakan untuk membangkitkan gairah jadi tanpa benda tersebut penderita tidak bisa melakukan hubungan seksual.
- TRANSVESTISME (Transvestism)
Ada yang hanya menggunakan sebagian misalnya memakai pakaian dalamnya saja dan ada yang berpakaian lengkap termasuk make-up. Umumnya penderita jarang melakukan hubungan seks dengan wanita, penderita transvestisme bisa juga terlibat dalam homoseksual.
- ZOFILIA (Zoophila)
- FROTERISME (frotteurism)
- HOMOSEKSUAL (Homosexuality)
2.2.4 Cara Penyembuhan Parafilia
- Treatment
- Psikoterapi
- Medikasi
Bila individu juga disertai gangguan kecemasan dan depresi jenis SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitors) menjadi obat pilihan dokter; fluoxetine atau fluvoxamine
- Pencegahan Sendiri
- Stress reduction secara tepat. Tidak melakukan aktivitas seksual yang aneh-aneh sebagai pelampiasan stres. Lakukan hal-hal positif agar penyaluran stres tidak merusak perilaku dan kebiasaan lainnya, perilaku menyimpang dapat teradiktif bila penyaluran stres dengan aktivitas seksual setiap kali dilakukan bila stress menimpa.
- Perkuatkan iman, bagaimanapun iman merupakan benteng terbaik sebagai pencegahan penyimpangan perilaku.
- Self control. Mengontrol dorongan rasa ingin tahu, mencoba atau pengaruh teman ―dengan penuh kesadaran dan pengetahuan akan dampak-dampak buruk dari perilaku tersebut
- Tidak surfing atau melihat pornografi yang bebas bisa di dapat dari internet atau media lainnya.
- Membiasakan hidup sehat untuk mengurang stres, termasuk olahraga teratur, nutrisi yang seimbang dan pengalaman spiritual dan religius.
- Terapi
2.3 Disfungsi Seksual
2.3.1 Pengertia Disfunsi Sosial
Pandangan psikoanalisis mengasumsikan bahwa disfungsi sosial merupakan simtom – simtom dari konflik yang direpres yang mendasari masalah tersebut. Disfungsi seksual berkaitan dengan berbagai masalah seksual yang biasanya dianggap mencerminkan hambatan dalam siklus respons seksual normal. Menurut Master dan Johnson, siklus respon seksual pada orang normal ada 4 tahap yaitu:
- Exitement atau arousal yaitu timbulnya nafsu atau gairah seksual pada pria dan wanita.
- Plateau yaitu meningkatkan gairah seksual secara intens.
- Resolutian yaitu kembali ke tahap sebelum arousal.
- Orgasme yaitu klimaks gairah seksual
2.3.2 Faktor Penyebab Disfungsi Seksual
Masters dan Jhonson (1970) menggunakan model yang terdiri dari dua bagian, yaitu penyebab masa kini dan historis.
- Dimasa Kini
- Penyebab History
- Kekolotan dalam beragama
- Trauma psikoseksual
- Kecenderungan homoseksual
- Konseling yang tidak adekuat
- Konsumsi alkohol yang berlebihan
- Penyebab biologis
- Faktor-faktor sosiokultural
Di dalam disfungsi seksual terdapat empat gangguan seksual, yaitu gangguan nafsu seksual, gangguan gairah seksual, gangguan orgasme, dan gangguan nyeri seksual. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut.
- Gangguan Nafsu Seksual.
Kedua hal ini menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal dan tidak disebabkan gangguan Aksis I atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.
- Gangguan gairah seksual. Pada jenis ini beberapa orang jarang mengalami kesulitan nafsu seksual, tetapi mengalami kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan gairah seksual. Gangguan ini terbagi menjadi dua, yaitu gangguan seksual perempuan dan gangguan ereksi laki – laki. Pertama, gangguan seksual perempuan (frigiditas) ditandai dengan tidak terjadi lubrikasi vagina secara konsisten pada perempuan sehigga membuat hubungan seksual menjadi kurang nyaman. Kedua, gangguan ereksi laki – laki (impoten) biasanya berupa kondisi alat kelamin laki – laki menjadi lemas ketika berhubungan seksual.
- Gangguan Orgasme. Gangguan ini terbagi menjadi tiga, yaitu gangguan orgasme perempuan, gangguan orgasme laki – laki, dan ejakulasi prematur (dini). Pertama, gangguan orgasme perempuan berupa ketiadaan orgasme setelah satu periode kenikmatan seksual normal. Factor yang mempengaruhi adalah kurang pengetahuan tentang anatomi genital, terdapat ambang batas orgasme berbeda, atau takut kehilangan kendali diri saat berhubungan. Kedua, gangguan orgasme laki – laki ditandai dengan tertundanya atau tidak terjadinya orgasme secara terus – menerus eelah periode gairah seksual normal. Ketiga, ejakulasi prematur (dini) selalu mengalami ejakulasi setelah stmulasi minimal dan sebelum orang yang bersangkutan menginginkannya. Hal ini dipengaruhi factor umur, durasi fse kagairahan, frekuensi hubungan seksual terakhir, dll.
- Gangguan Nyeri Seksual. Gangguan ini terbagi menjadi dua, yaitu dispareunia dan vagnismus. Pertama, dispareunia dapat diketahui dengan diagnosis bila selalu merasa sakit atau berulang kali sakit saat melakukan kontak kelamin. Biasanya ganggguan ini dialami oleh perempuan ditandai dengan kurangnya lubrikasi vagina. Kedua, vaginismus ditandai dengan kejang yang terjadi pada bagian luar ketiga pada vagina ke tingkat yang tidak memungkinkan terjadinya kontak kelamin.
2.3.4 Penanganan Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual ini dapat ditangani melalui terapi. Terdapat beberapa teknik dalam terapi penanganan disfungsi seksual ini, yaitu mengurangi kecemasan, masturbasi terarah, prosedur untuk mengubah sikap dan pikiran, pelatihan keterampilan dan komunikasi, terapi pasangan, teknik dan perspektif psikodinamika, serta prosedur medis dan fisiologis.
- Mengurangi Kecemasan. Para terapis perilaku memahami bahwa para klien membutuhkan pemaparan bertahap dan sistmatis. Pada aspek – aspek situasi seksual yangmemicu kecemasan.
- Mastrubasi Terarah. Perempuan diarahkan untuk mengenali anatomi genitalnya sendiri dan diminta untuk bermasturbasi.
- Prosedur Untuk Mengubah Sikap dan Pikiran. Klien didorong untuk merasakan sensasi menyenangkan yang meneyertai gairah seksual sejak dari permulaan.
- Pelatihan Keterampilan dan Komunikasi. para terapis memberikan bahan – bahan tertulis dan menujukkan pada klien rekaman video dan film yang secaa eksplisit mendemonstrasikan teknik – teknik seksual.
- Terapi Pasangan. Terapis perlu memahami bahwa masalah seksual menyatu dengan bebagai faktor hubungan interpersonal yang kompleks.
- Teknik dan Perspektif Psikodinamika. Para terapis harus menemukan petunjuk dari penuturan klien yang mengalami disfungsi sosial.
- Prosedur Medis dan Fisiologis. Ditemukannya obat –obatan dan alat – alat bantu seks yang membantu kenyamanan dalam berhubungan seksual.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, identitas gender merupakan kodrat yang ada pada diri manusia. \baik laki-laki dengan maskulinitas dan perempuan dengan feminimitas. Dan penyimpangan atas identitas gender itu sendiri terdiri dari gangguan identitas gender,dan gangguan parafilia yang menyebabkan disfungsi sosial. Gangguan identitas gender adalah gangguan pengalaman atau persepsi individu terhadap peran gendernya ; sedangkan peran gender merupakan ekspresi dari identitas gender seseorang kepada masyarakat. Parafilia merupakan suatu gangguan dimana terdapat perilaku atau fantasi yang hebat dan sering untuk membangkitkan gairah seksual, yang melibatkan benda mati, anak – anak, atau orang yang tidak menginginkanya, atau tindakan tersebut menyebabkan penderitaan atau merendahkan dirinya sendiri atau seseorang. Dan penanganan atas gangguan-gangguan tersebut dapat dilakukan dengan cara treatment (medikasi dan psikoterapi), pencegahan sendiri, dan terapi. Disfungsi sosial adalah penyebab dan sekaligus menjadi dampak dari gangguan identitas gender tersebut. Dan penanganan disfungsi sosial itu sendiri dapat berupa Mengurangi Kecemasan. ,Mastrubasi Terarah, Prosedur Untuk Mengubah Sikap dan Pikiran, Pelatihan Keterampilan dan Komunikasi , Terapi Pasangan, Teknik dan Perspektif Psikodinamika, Prosedur Medis dan Fisiologis
- Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/01/gangguan-seksual.html
http://psikologi.net/gangguan-identitas-gender/
http://medicastore.com/penyakit/170/Parafilia.html
tyaset4.blog.com/2010/02/parafilia/
http://blog.pikirdong.org/2013/06/paraphilia/
https://swcorner.wordpress.com/2014/10/16/psikologi-ii-gangguan-sex-dan-identitas-gender/
- Mark Durank & David H. Barlow.2006.Psikologi Abnotmal.Yoryakarta: Pustaka Pelajar
Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A. (2002). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan psiatri klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly. (2002). Psikologi abnormal jilid dua edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Davison, Gerald C dkk, Psikologi Abnormal Edisi ke – 9 :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar