Disiplin Kerja

Jadi
dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah ketekunan,
ketaatan, kegiatan, sikap yang sangat hormat yang nampak sesuai dengan tata
aturan yang telah disepakati bersama antara organisasi dan karyawannya.
Umumnya
disiplin kerja dapat terlihat apabila karyawan datang ke kantor teratur dan
tepat waktu, jika mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka
menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati, jika mereka menghasilkan
jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang
telah ditentukan oleh kantor/Instansi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan
dan semangat kerja. Menurut pendapat Soejono (1980:7) disiplin Kerja karyawan
kantor/Instansi dapat dikatakan baik apabila :
a. Adanya ketaatan karyawan terhadap peraturan jam kerja.
b. Ketaatan karyawan terhadap pakaian kerja.
c. Menggunakan dan menjaga perlengkapan kantor.
d. Kuantitas dan kualitas hasil kerja sesuai dengan standar.
e. Adanya semangat karyawan dalam bekerja.
(Soejono
1980:67) memaparkan kriteria yang
dipakai disiplin kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu diantaranya
:
1. Ketepatan waktu
Tepat
diartikan bahwa tidak ada selisih sedikitpun, tidak kurang dan tidak lebih,
persis. Sedangkan waktu adalah serangkaian saat yang telah lewat, sekarang dan
yang akan datang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:1006). Berdasarkan
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan waktu adalah hal
keadaan tepat tidak ada selisih sedikitpun bila waktu yang ditentukan tiba.
2. Kesetiaan/Patuh pada peraturan dan tata tertib yang ada
Peraturan
maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu
organisasi dapat dicapai dengan baik, untuk itu dibutuhkan sikap setia dari
karyawan terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini
berarti sikap taat dan patuh dalam mengenakan seragam, atau dalam melaksanakan
komitmen yang telah disetujui bersama dan terhadap peraturan dan tata tertib
yang telah ditetapkan.
3. Mempergunakan dan memelihara peralatan kantor
Peralatan
adalah salah satu penunjang kegiatan, agar kegiatan tersebut berjalan dengan
lancar. Dengan penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya dapat mengurangi resiko
akan kerusakan peralatan yang kebih berat. Merawat dan memelihara merupakan
salah satu wujud tanggung jawab dari karyawan.
Disiplin
kerja dapat timbul dari dalam diri sendiri dan juga dari perintah (G.R Terry
dalam Winardi, 1993:218) terdiri dari :
1. Self imposed dicipline, yaitu
kedisiplinan yang timbul dari diri sendiri atas
dasar kerelaan,
kesadaran dan bukan timbul atas dasar paksaan. Disiplin ini timbul karena
seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah mejadi bagian dari
organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela
memenuhi segala peraturan yang berlaku.
2. Command dicipline, yaitu
disiplin yang timbul karena paksaan, perintah dan hukuman serta kekuasaan. Jadi
disiplin ini bukan timbul karena perasaan ikhlas dan kesadaran akan tetapi karena
adanya paksaan atau ancaman dari orang lain.
Dalam
setiap organisasi atau Instansi yang diinginkan adalah jenis disiplin yang
timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran. Namun kenyataan
selalu menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak disebabkan adanya paksaan
dari luar. Untuk tetap menjaga agar disiplin terpelihara maka perlu
melaksanakan kegiatan pendisiplinan. Menurut Handoko (1987:209) kegiatan
pendisiplinan itu terdiri dari:
1. Disiplin Preventif
Merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar secara
sadar mentaati berbagai standar dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai
penyelewengan dan pelanggaran. Lebih utama dalam hal ini adalah dapat
ditumbuhkan Self Dicipline pada setiap karyawan tanpa kecuali. Untuk
memungkinkan iklim yang penuh disiplin tanpa paksaan tersebut perlu standar itu
sendiri bagi setiap karyawan, dengan demikian dapat dicegah
kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggaran atau penyimpangan dari standar
yang ditentukan.
2. Disiplin Korektif
Disiplin
ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang telah
terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih
lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu hukuman atau tindakan
pendisiplinan (disiplin action) yang wujudnya berupa scorsing. (Handoko,
1987: 209)
Untuk
mengkondisikan karyawan suatu organisasi atau perusahaan agar bersikap disiplin
maka terdapat beberapa prinsip pendisiplinan antara lain :
1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi
Pendisiplinan ini
dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan di depan orang banyak agar
karyawan yang bersangkutan tidak merasa malu dan sakit hati.
2. Pendisiplinan harus bersifat membangun
Selain
menunjukkan kesalahan yang telah dilakukan karyawan, haruslah diikuti dengan
petunjuk cara pemecahannya sehingga karyawan tidak merasa bingung dalam
menghadapi kesalahan yang telah dilakukan.
3. Pendisiplinan dilakukan secara langsung dan segera
Suatu
tindakan yang dilakukan dengan segera terbukti bahwa karyawan telah melakukan
kesalahan sehingga karyawan dapat mengubah sikapnya secepat mungkin.
4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan
Dalam
tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih, siapapun yang
telah melakukan kesalahan harus mendapatkan tindakan pendisiplinan secara adil
tanpa membeda-bedakan.
5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu
karyawan absen.
Pendisiplinan
hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang bersangkutan secara pribadi agar
dia tahu telah melakukan kesalahan.
6. Setelah pendisiplinan hendaknya wajar kembali
Sikap
wajar hendaklah dilakukan pimpinan terhadap karyawan yang telah melakukan
kesalahan tersebut, sehingga proses kerja dapat berjalan lancar kembali dan
tidak kaku dalam bersikap. (Heijeracman dan Suadi Usman,1993:241).
Dengan
diterapkan tata tertib diharapkan dapat menegakkan disiplin pegawai. Namun
untuk mengetahui apakah pegawai telah besikap disiplin atau belum perlu
diketahui kriteria yang menunjukkannya.
Seorang
ahli mengemukakan pendapatnya bahwa “Bagaimana kita mengukur adanya disiplin
yang baik” umumnya disiplin kerja terdapat apabila pegawai datang ke kantor
tepat pada waktu, apabila mereka berpakaian rapi di tempat kerja, apabila
mereka menggunakan perlengkapan-perlengkapan kantor dengan hati-hati, apabila
mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerja dengan memuaskan dan mengikuti
cara bekerja yang ditentukan suatu
organisasi (perusahaan),apabila mereka menyelesaikan pekerjaan dengan
semangat baik.(Soejono, 1980 : 67).
Disiplin
kerja karyawan dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Para
karyawan datang tepat waktu, tertib dan teratur
2. Berpakaian rapi
3. Mampu memanfaatkan dan menggerakan perlengkapan secara baik
4. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan
5. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan
6. Memiliki tanggung jawab yang tinggi
Disiplin
kerja merupakan suatu sikap dan perilaku. Pembentukan perilaku jika dilihat
dari formula Kurt Lewin adalah interaksi antara faktor kepribadian dan faktor
lingkungan (situasional) (http://www.bkn.go.id/Buletin
Psikologi, Desember 1996)
a) Disiplin Karena Faktor Kepribadian
Disiplin
pada taraf ini yang paling penting adalah system nilai yang diamatinya.
Nilai-nilai disiplin yang telah dianjurkan oleh orang tua, guru, dan
lingkungannya ini akan dijadikan acuan untuk diterapkan di tempat kerja. sistem
nilai akan terlihat dari sikap seseorang itu akan tanggung jawab pekerjaan yang
telah diberikan kepadanya. Jadi sikap seseorang itu akan terlihat dari
perilakunya. Perubahan sikap ke dalam perilaku ini ada tiga diantaranya adalah
:
1) Disiplin Karena Kepatuhan
Kepatuhan
terhadap aturan-aturan yang didasarkan atas dasar perasaan takut. Disiplin
kerja pada tingkat ini dilakukan semata untuk memiliki wewenang. Sebaliknya,
jika pimpinan tidak ada di tempat disiplin kerja tidak tampak.
2) Disiplin Karena Identifikasi
Kepatuhan
yang didasarkan pada identifikasi adalah adanya perasaan kekaguman atau
penghargaan pada pimpinan. Pimpinan yang kharismatik adalah figur yang
dihormati, dihargai, dan sebagai pusat identifikasi. Karyawan yang menunjukkan
disiplin terhadapaturan prganisasi bukan disebabkan karena menghormati aturan
tersebut tetapi lebih disebabkan karena keseganan pada atasannya. Karyawan
merasa tidak enak jika tidak mentaati peraturan. Penghormatan dan penghargaan
karyawan pada pimpinan dapat disebabkan karena kualitas kepribadian yang baik
atau mempunyai kulitas professional yang tinggi dibidangnya. Jika pusat
identifikasi ini tidak ada di tempat maka disiplin kerja akan menurun.
3) Disiplin Karena Internalisasi
Disiplin
kerja dalam tingkat ini terjadi karena karyawan mempunyai sistem nilai pribadi
yang menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin kerja. Karyawan pada tingkat ini
dapat dikategorikan telah mempunyai disiplin diri. Jika disiplin diri telah
terbangun pada setiap karyawan pekerjaanpun akan terasa ringan, karena karyawan
sadar akan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.
b) Disiplin Karena Faktor Lingkungan
Disiplin
kerja yang tinggi muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang
terus menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang
merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsisten, adil,
bersikap positif, dan terbuka.
1) Konsisten
Konsisten
adalah memperlakukan aturan secara konsisten dari waktu ke waktu. Sekali aturan
yang telah disepakati dilanggar, maka rusaklah system aturan tersebut.
2) Adil
Adil
dalam hal ini adalam memperlakukan seluruh karyawan dengan tidak
membeda-bedakan. Seringkali karena alasan pribadi, pemimpin lebih senang Amir
daripada Aldi. Karena kemungkinanna, jika Adi melanggar aturan akan ditetapkan
aturan yang berlaku tetapi jika Amir
telah melanggar maka peraturan itu diabaikan.
3) Bersikap Positif
Bersikap
positif dalam hal ini adalah setiap pelanggaran yang terbuat seharusnya dicari
fakta dan dibuktikan terlebih dulu. Selama fakta dan bukti belum ditemukan,
tidak ada alas an bagi pemimpin untuk menerapkan tindakan disiplin. Dengan
bersikap positif, diharapkan pemimpin dapat mengambil tindakan secara tenang,
sabar, dan tidak emosional. Upaya menanamkan disiplin pada dasarnya adalah
menenamkan nilai-nilai.
4) Terbuka
Terbuka
yang dimaksud di sini adalah sikap pemimpin untuk selalu berkomunikasi dengan
bawahanna secara terbuka. Oleh karenanya, komunikasi terbuka adalah kuncinya.
Dalam hal ini transparansi mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
termasuk di dalamnya sangsi dan hadiah apabila karyawan memerlukan konsultasi
terutama bila aturan-aturan dirasakan tidak memuaskan karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar